Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Ada berapa nama menteri yang Anda ingat? Saya yakin tidak sampai 100 persen. Atau mungkin tak sampai 90 persen. Banyak yang tidak diingat. Kenapa? Karena ada sebagian menteri yang tidak “bunyi”. Kiprahnya belum jelas. Enggak nendang.
Karena itu, beberapa hari ini, ada yang sudah mulai menyuarakan perlunya Presiden melakukan reshuffle kabinet. Bahkan, ada yang menyebut pergantian dan pergeseran itu bisa sampai 10 menteri. Paling telat setelah lebaran.
Walau 100 hari pertama tidak mutlak menjadi standar penilaian, tapi publik memang merasakan ada menteri yang kurang greget selama 100 hari pertama. Ada pula yang melahirkan kontroversi dan mengundang kegaduhan.
Selain itu, tantangan ke depan kian berat. Apalagi pertumbuhan ekonomi sulit menembus 5 persen. Ekonomi dunia juga sedang bergejolak.
Baca juga : Ada Krisis Kepercayaan?
Bukan hanya ekonomi, di banyak sektor, juga agak tertatih-tatih sehingga Presiden butuh pembantu yang luar biasa. Di atas standar rata-rata.
Bagi Presiden Jokowi, sebenarnya tinggal memutuskan, mau copot berapa, mau memilih siapa, karena sudah “tidak ada beban lagi”. Tapi realitas politik tak memungkinkan. “Kekuasan” parpol bisa menghambat kebebasan Presiden memilih pembantunya.
Parpol bisa ngambek kalau jatah kursi mereka dikurangi. Mereka bisa menghambat dan menghadang program pemerintah di DPR. Apalagi Presiden sedang berjuang untuk memuluskan program ibukota negara yang baru.
Mau mengurangi jatah kursi menteri dari parpol sendiri, juga tak gampang. Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly misalnya.
Baca juga : Bom Waktu di Jalan yang Sama
Seberapa pun publik mengkritik dan menghujatnya, tapi, di mata parpolnya, bisa jadi, dia justru dianggap pahlawan yang telah berjuang keras demi partai di masa sulit dalam kasus suap komisioner KPU dan Harun Masiku. Di sinilah terjadi kesenjangan sikap dan penilaian publik dengan parpol.
Apa pun itu, Presiden harus benar-benar “tanpa beban”. Pilihlah menteri yang benar-benar bisa bekerja untuk rakyat.
Orang pintar sangat banyak di negeri ini, tapi tidak sedikit yang justru melukai hati rakyat. Tidak benar-benar membantu Presiden. Justru membebani Presiden.
Kita berharap, kalau ada reshuffle, Presiden memilih menteri yang tidak punya agenda sendiri. Baik agenda pribadi maupun kelompok. Menterinya rakyat. Bukan menteri golongan, kelompok atau parpol.
Baca juga : Pelajaran Li Wenliang
Kalau pun ada “ancaman” dari parpol, kita yakin Presiden punya senjata untuk menghadapinya. Kita lihat dan tunggu saja seberapa dinamisnya tarik-menarik dan “tawar-menawar” itu.(*)
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.