Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menerka-nerka Kepala Daerah

Kamis, 3 Desember 2020 00:37 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala daerah seperti apa yang diharapkan dari Pilkada serentak pada 9 Desember? Jawabannya sederhana: yang bisa menaklukkan Covid-19 dan segala dampak turunannya.

Kepala daerah yang bisa memimpin di masa krisis. Yang bisa menyeimbangkan kesehatan dan ekonomi. Mengatur rem dan gas. Bukan kepala daerah yang sedari awal mengincar “sesuatu” di tengah krisis. Bukan kepala daerah yang langsung memikirkan bagaimana mengembalikan modal.

Menaklukkan Covid-19 akan langsung dijalani di hari pertama menjabat. Potensi kerumunan akibat Pilkada akan menjadi ujian awal. Kondisi ekonomi rakyat yang parah, juga perlu segera dicari jalan keluarnya. Kepiawaian menyeimbangkan ekonomi dan kesehatan sangat penting.

Distribusi vaksin yang akan dimulai tahun depan, juga akan menjadi ujian pertama para kepala daerah terpilih. Kalau tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan kegaduhan baru.

Baca juga : OTT, Jangan Terkecoh KPK

Anggaran Covid-19 juga bisa menjadi godaan awal yang menggiurkan. Kalau tidak hati-hati, bisa langsung terjerembab di tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Para kepala daerah jangan tertipu oleh anggapan bahwa KPK sekarang dalam kondisi lemah dan tak berdaya pasca lahirnya UU KPK yang baru. Selemah-lemahnya KPK, mereka masih bisa menggigit kepala daerah.

Bulan lalu, KPK menggebrak dengan dua OTT: klaster menteri KKP Edhy Prabowo dan Walikota Cimahi. Nah, menteri yang langsung di bawah presiden saja bisa di-OTT, apalagi kepala daerah.

Karena itu, hati-hati. Termasuk kehati-hatian saat menyervis para pendukung dan para pemodal atau cukong. Karena, tagihan awal biasanya datang dari para pendukung dan sponsor.

Baca juga : Tas Mewah Di Tengah Krisis

Bagi para sponsor dan cukong, “tidak ada ngopi-ngopi gratis”. Modal harus balik disertai keuntungan. Caranya, bisa lewat proyek atau jalur-jalur gelap lainnya. Ini sangat rawan.

Sinyalemen KPK bahwa 82,3 persen calon kepala daerah dibantu pendanaannya oleh pihak swasta atau sponsor menjadi alarm bahwa KPK sudah tahu. KPK sudah mencium polanya. KPK sudah memprediksi peta jalan yang akan dilalui pasca pilkada.

Karena itu, selemah-lemahnya KPK yang sekarang, mereka tetap saja khatam jalan-jalan gelap, jalur-jalur tikus serta potensi kerawanan pasca pilkada.

Kalau tidak hati-hati, siapa pun bisa menjadi “pasien” pertama KPK pasca 270 pilkada serentak.

Baca juga : OTT, Tidak Ada Lagi Garansi

Harapan kita, semuanya aman-aman saja dan lahir pemimpin hebat yang bisa saja terus melaju sampai Pilpres 2024. Pemimpin yang terbukti dan teruji bisa menaklukkan Covid-19 dengan segala dampak-dampaknya.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.