Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pilpres 2024 tampaknya masih akan diwarnai polarisasi tajam. Apalagi kalau capresnya hanya dua pasang. Pasti tambah gaduh. Disinilah perlunya antisipasi dan upaya preventif untuk mencegah kerusakan akibat polarisasi itu.
Suasana panas itu sudah terasa dari sekarang. Parpol-parpol sudah mulai melakukan penjajakan dan penjodohan.
Kalau hanya dua pasang capres, polanya kemungkinan sama dengan sekarang. Keterbelahannya hanya dua juga.
Baca juga : Sekali Lagi, Tunggu Arahan
Bagaimana mengkategorikan polarisasi itu? Yang paling sederhana, bisa dilihat dari penyikapan terhadap isu-isu penting. Isu lokal, nasional maupun internasional.
Saking kentalnya polarisasi ini, ada kesan bahwa penyikapan terhadap satu isu bukan lagi berdasarkan “benar-salah”, tapi dilandasi sikap politik sisa-sisa Pilkada atau Pilpres.
Kalau kelompok A sikapnya ke kiri, kelompok lawannya ada di kanan. Kalau yang satu pro, yang lain kontra. Begitu sebaliknya.
Baca juga : Putar-Balik Reformasi
Yang menyedihkan kalau para pemain political game melihat ini sebagai sesuatu yang menguntungkan. Ini bisa terus dikapitalisasi, dimanfaatkan untuk meraih kursi kekuasaan.
Kedua pihak merasa punya potensi menang. Mereka memperkuat brandingnya sembari melabeli lawan dengan branding negatif. Saling serang. Menggunakan apa saja. Di dunia maya (medsos) maupun di dunia nyata.
Tingkat literasi dan minat baca rakyat Indonesia yang rendah menjadi ladang subur bagi siapa pun yang ingin memanfaatkannya. Termasuk untuk kepentingan politik.
Baca juga : KPK Lebih Dari Klub Bola
Memang sudah lama ada yang menginginkan bahwa Indonesia tak perlu memiliki banyak partai politik. Cukup dua atau tiga saja. Pembagiannya: agama, nasionalis dan tengah.
Apakah Indonesia sedang dirancang seperti itu? Apakah ada rekayasa sosial untuk mewujudkan hal tersebut? Entahlah. Intinya, jangan sampai rakyat yang jadi korban.
Polarisasi politik memang hal yang wajar. Di Amerika misalnya, ada Partai Demokrat dan Republik. Keduanya konsisten. Mereka saling menonjolkan program. Juga saling mengkritik. Mereka tidak mengenal sikap “tadinya mengkritik keras program lawannya, kemudian tiba-tiba berubah, memuji habis-habisan”. Tidak ada.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.