Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - “Sekarang, korupsi lebih gila daripada era Orde Baru”. Itu pernyataan Menko Polhukam Mahfud Md yang kemudian menjadi judul berita di hampir semua media massa. Pernyataan tersebut disampaikannya saat berdialog di UGM, Sabtu, 5 Juni lalu.
Yang dimaksud “sekarang” oleh Mahfud adalah era setelah Soeharto. Era reformasi. Era yang sudah dipimpin oleh lima orang presiden. Dia menyebut masalah berkepanjangan itu sebagai “limbah”.
Baca juga : Pemilu 2024 Jangan Melukai
Ini pernyataan menarik. Kalau dinilai, untuk item kejujuran dan keterusterangan, Mahfud Md dapat nilai 9,5. Blak-blakannya, juga 9,5. Karena, dia sedang memegang posisi penting di bidang polhukam. Tidak banyak pejabat yang mau berterusterang.
Sekarang, kata Mahfud, hukum telah kehilangan sukma, bisa diperjualbelikan. Pernyataan ini sangat dalam. Juga menyedihkan. Dalam kamus bahasa Indonesia, sukma artinya jiwa, nyawa.
Baca juga : Capres Di Last Minute
Namun, masalahnya, Mahfud bukan sekadar akademisi. Dia punya wewenang. Punya kemampuan untuk berjuang lebih dari seratus persen. Rakyat menunggu: “bagaimana eksekusinya”. Apa yang dilakukannya. Sekarang dan nanti.
Karena itu, walau nilai keterusterangannya 9,5, tapi untuk eksekusi, menuntaskan masalah, Mahfud hanya dapat nilai 6. Belum oke.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.