BREAKING NEWS
 

Dialog JCAF Ke-4: Strategi Gotong Royong Atasi Krisis Iklim Global

Reporter & Editor :
OKTAVIAN SURYA DEWANGGA
Jumat, 3 Desember 2021 08:34 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perlindungan ekosistem keanekaragaman hayati beserta hutan hujan tropis adalah upaya penting untuk menahan laju suhu bumi di bawah 1,5 derajat.

Sebagai salah satu penyumbang emisi, sektor pangan dan penggunaan lahan menghadapi tantangan, bagaimana menerapkan produksi komoditas pangan yang berkelanjutan sebagai upaya konkret untuk menghadapi potensi krisis iklim.

Agenda perubahan iklim dapat dicapai secara gotong royong dengan melibatkan para pihak dengan semangat pertumbuhan hijau yang tidak hanya menjamin kesejahteraan ekonomi masyarakat, tetapi juga melindungi lingkungan.

Baca juga : Gus Jazil: Gotong Royong Kunci Atasi Pandemi Covid-19

Pada konferensi tingkat tinggi UNFCCC COP 26 dan UNCBD COP 15, para pemimpin negara produser, konsumer, bisnis, masyarakat sipil menyepakati untuk berkomitmen mencapai pertumbuhan net zero dengan pendekatan yang transformatif.

Komitmen yang dituangkan oleh pemerintah, sektor swasta dan kelompok masyarakat sipil pada kedua konferensi iklim COP UNFCC COP 26 dan UNCBD COP 15 itu, selaras dengan pendekatan yurisdiksi, yang menempatkan semangat gotong royong atau pelibatan para pihak sebagai elemen kunci untuk mendorong transformasi tata kelola ekosistem di skala yurisdiksi.

Diprakarsai Cocoa Sustainability Partnership (CSP), Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Inisiatif Dagang Hijau (IDH), IPMI Case Centre, Filantropi Indonesia, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Landscape Indonesia, Partnership for Indonesia’s Sustainable Agriculture (PISAgro) dan Tropical Forest Alliance (TFA) yang tergabung dalam kolaborasi, mengarusutamakan pendekatan yurisdiksi melalui Jurisdiction Collective Action Forum (JCAF). 

Baca juga : Menteri Bintang Dorong Pengusaha Wanita Masuk Bisnis Global

Dialog JCAF ke-4, merupakan wadah dialog strategis para pemimpin bisnis, mengupayakan penerapan bisnis yang berkelanjutan, mendorong perlindungan keanekaragaman hayati dalam sebuah wilayah ekosistem, lanskap hingga yurisdiksi, yang berkontribusi pada pencapaian global. Juga, merancang rencana strategis yang akan dibahas lebih lanjut di UNFCCC COP 27 dan UNCBD COP 15.

Southeast Asia Regional Director Proforest Surin Suksuwan mengungkapkan, Indonesia telah mencapai kemajuan besar terkait penurunan laju deforestasi dan reduksi karbon. Namun sayangnya, upaya ini belum diketahui luas ke dunia internasional.

Dalam COP 26 lalu, Pemerintah Indonesia sangat jelas berkomitmen untuk menahan laju peningkatan suhu bumi dibawah 1,5 derajat Celcius.

Baca juga : Menlu: Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Penting Atasi Krisis Kemanusian Global

Para pemangku kepentingan dari non-state actor juga siap untuk turut serta mendukung dan menyelaraskan strategi dan membangun peta jalan bersama-sama.

"Salah satunya adalah melalui melalui pendekatan yurisdiksi dengan memperkuat praktek gotong-royong," ujarnya, dalam siaran pers, Jumat (3/12).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense