BREAKING NEWS
 

Tren Pembiayaan Hijau Untuk Proyek Berkelanjutan

Reporter : FAJAR EL PRADIANTO
Editor : OKTAVIAN SURYA DEWANGGA
Senin, 24 Oktober 2022 18:11 WIB
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menyatakan kebutuhan dana untuk mencapai target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat harus melibatkan para pemangku kepentingan.

Besaran dana yang dibutuhkan atau disiapkan untuk mencapai target penggunaan energi bersih itu harus berdasarkan konsensus, bukan perhitungan pemerintah semata.

"Jadi bukan hanya konsensus satu pemerintahan saja, apalagi hanya kemudian ditanya pemerintah menyiapkan budget-nya berapa? Itu pertanyaan yang terlalu sempit," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu.

Hal itu disampaikannya dalam Tempo Energy Day hari ketiga sesi I bertajuk Pembiayaan Produk Energi Bersih, yang disiarkan secara langsung di Youtube Tempo Media, di Jakarta, dikutip Senin (24/10).

Baca juga : Keren, RSPB Pakai Robot Navigasi Untuk Operasi Tulang Belakang

Menurut Febrio, pemahaman memenuhi kebutuhan dana untuk merealisasikan NZE perlu sama-sama dibentuk karena kekhawatiran dampak perubahan iklim sangat besar.

Risiko yang sama juga dihadapi banyak negara lain, tidak hanya Indonesia. Dampak perubahan iklim kini sudah dirasakan dari munculnya fenomena heat wave di berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara maju dan berkembang.

"Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan risiko climate change paling besar. Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau, kenaikan suhu permukaan bumi berdampak negatif bagi masyarakat, curah hujan, panen, dan bagi perekonomian Indonesia," ujar Febrio.

Dalam rencana aksi penurunan emisi karbon, kata Febrio, target NZE pada 2030 dinaikkan menjadi 31,9 persen yang menyasar dua sektor utama.

Baca juga : Mentan Pastikan Kasus PMK Terus Menurun

Kedua sektor tersebut adalah, kehutanan dengan target pengurangan 500 juta ton emisi karbon dan sektor energi dan transportasi sebesar 358 juta ton. "Dua sektor ini saja sudah mencapai lebih dari 97 persen dari target," tuturnya.

Selama ini, emisi karbon terbesar berasal berasal dari kelistrikan sebanyak 62 persen disumbang dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau pembangkit batu bara.

Untuk itu diperlukan upaya untuk mengurangi penggunaan PLTU diiringi dengan pembiayaan kompensasi dari masa operasi yang berkurang.

“Kalau pembangkit sisa (operasi) 25 tahun, kami tawarkan pembiayaan yang lebih murah untuk working kapital berapa tahun dia bisa memotong masa operasinya," kata Febrio.

Baca juga : Tren Surplus Perdagangan Indonesia Diprediksi Bakal Berlanjut

Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri, Alexandra Askandar, mengakui terjadi peningkatan pembiayaan hijau. Dia mengungkapkan untuk mengejar target sebesar 31,9 persen penurunan emisi pada 2030 butuh sekitar 381 miliar dolar AS atau Rp 4.000 triliun. "Itu angka yang sangat besar," ujarnya.

Alexandra melihat prospek pembiayaan hijau akan bagus seiring dengan meningkatnya inisiatif dari berbagai kementerian, investor, lembaga keuangan dan pelaku usaha.

Adsense

Bank Mandiri, kata dia, telah menyalurkan portofolio berkelanjutan sebesar Rp 226 triliun selama semester pertama tahun ini.

Adapun portofolio hijau yang sudah tersalurkan sebesar Rp 105 triliun atau 11,8 persen dari total portofolio kredit perseroan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense