Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tren Surplus Perdagangan Indonesia Diprediksi Bakal Berlanjut

Rabu, 19 Oktober 2022 06:04 WIB
Foto: Ilustrasi kegiatan ekspor/Ist
Foto: Ilustrasi kegiatan ekspor/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan tren yang terus menyusut atau mengecil. Hal ini dikarenakan impor akan terus mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi.

Saat ini nilai impor diperkirakan akan terus  mengimbangi ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi, yang menyebabkan peningkatan permintaan domestik.

“Terutama untuk bahan baku dan barang modal impor (dua kelompok impor menyumbang sekitar 90 persen dari total impor),“ kata Faisal, Selass (18/10).

Kebijakan pemerintah untuk melonggarkan berbagai batasan juga akan meningkatkan impor.

Menurutnya, pelonggaran PPKM telah meningkatkan mobilitas masyarakat yang dapat meningkatkan impor minyak. 

Sementara, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah peningkatan ketakutan akan resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi, yang dapat melemahkan permintaan global. Hal ini memberikan risiko melemahnya kinerja ekspor.

Baca juga : KSB lndonesia Ciptakan Lebih Banyak Kesempatan Kerja

Namun, dari sejumlah harga komoditas yang terdampak, permintaan komoditas berbasis nikel tetap tinggi. 

Faisal optimis, surplus perdagangan masih akan berlanjut dengan tren yang terus menyusut atau mengecil. Ini akan membawa kabar baik untuk neraca transaksi berjalan. 

Komponen penyumbang surplus terbesar pada neraca transaksi berjalan adalah neraca barang yang sejalan dengan neraca perdagangan. 

“Neraca dagang diperkirakan masih surplus sampai akhir tahun. Jadi, ini masih memungkinkan untuk neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus,” ungkap Faisal. 

Diproyeksikan, neraca transaksi berjalan 2022 berpotensi mencatat surplus sekitar 0,45 persen dari PDB (dibandingkan 0,28 persen dari PDB pada tahun 2021).

Sementara, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV diperkirakan makin kuat, meski tertekan inflasi. 

Baca juga : CEO Finastra Group Puji Perbankan Indonesia Ikut Majukan UMKM

“Secara musiman, pola konsumsi akan naik pada Q4 dan ditambah dengan pelonggaran PPKM dapat menjadi momentum. Tapi memang, kenaikan bisa tertahan akibat tekanan inflasi,” tandas Faisal.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis pemulihan perekonomian nasional tetap terjaga meski di tengah gejolak tantangan global. Hal tersebut seiring dengan perbaikan indikator pada berbagai sektor. 

Salah satu sektor yang menunjukkan perbaikan signifikan, yakni konsumsi dan investasi yang ditandai dengan menguatnya daya beli masyarakat, terjaganya indikator Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan eceran, terjaganya PMI manufaktur pada level ekspansi, serta kredit perbankan yang tumbuh di atas 10% sejak Juni 2022.

Disokong Sektor Swasta

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan,  pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan terjaga. Hal itu didasarkan pada gambaran perkembangan ekonomi terakhir terutama di triwulan III dan tantang yang mungkin muncul di triwulan IV.

"Sepertinya, mungkin sedikit di bawah target. Tapi kalau 5 persen, saya optimis itu masih bisa dicapai. Tapi kalau 5,2 persen, itu memang harus tumbuh cukup tinggi di triwulan tiga dan empat di tengah situasi ekspor sudah mulai kelihatan menurun, dampak dari eksternal global mulai terasa," jelasnya.

Baca juga : Kerry Gruop Gandeng Pelaku Industri Hadirkan Makanan Bernutrisi

Menurut Eko, implementasi kebijakan fiskal sebagai shock absorber yang dilakukan pemerintah memang cukup membantu. Menurutnya, justru perekonomian Indonesia disokong oleh sektor swasta yang memainkan peran besar baik dalam kondisi saat ini.

Karena sebetulnya fiskal itu hanya berperan di bawah 10 persen dari total perekonomian, lebih banyak didorong faktor swasta. 

“Swasta kalau melihat profil sampai hari ini ya lajunya masih positif dan meningkat. Penjualan ritel juga masih tinggi, tren investasi positif," tandasnya.

Meski demikian, tahun depan kondisi tersebut akan mendapati tantangan cukup berat. Beberapa negara besar yang menjadi mitra dagang utama Indonesia akan menggalami pelambatan ekonomi. 

Meski demikian, Eko memprediksi Indonesia masih mampu bertahan dan tidak sampai jatuh ke jurang resesi. 

Hal itu disebabkan perekonomian Indonesia lebih ditopang oleh konsumsi domestik, sehingga ketika negara besar seperti China dan Amerika Serikat mengalami resesi, Indonesia masih bisa bertahan.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.