BREAKING NEWS
 

Tren Pembiayaan Hijau Untuk Proyek Berkelanjutan

Reporter : FAJAR EL PRADIANTO
Editor : OKTAVIAN SURYA DEWANGGA
Senin, 24 Oktober 2022 18:11 WIB
Foto: Ist.

 Sebelumnya 
Pembiayaan hijau yang dikucurkan untuk sektor perkebunan berkelanjutan, seperti sawit yang sudah tersertifikasi. Sektor lain adalah untuk energi baru terbarukan seperti hydropower, geothermal, power plant dan clean transportation untuk infrastruktur MRT.

"Termasuk ekosistem kendaraan listrik dan bahan baku baterai dan komponen kendaraan listrik," kata Alexandra.

Adapun Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Edwin Syahruzad, mengatakan perseroan telah membukukan pembiayaan sektor energi terbarukan dan transportasi sebesar Rp 16,8 triliun pada 2022.

Total nilai proyeknya mencapai Rp 90,8 triliun. Pembiayaan tersebut untuk berbagai proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan hingga proyek transportasi bersih seperti light rail transit.

Baca juga : Keren, RSPB Pakai Robot Navigasi Untuk Operasi Tulang Belakang

"Jadi ruang lingkupnya terbatas pada infrastruktur. Jadi kami tentunya tidak eligible untuk membiayai katakanlah sektor kehutanan, padahal itu paling hijau," kata Edwin, dalam acara yang sama.

SMI akan bekerjasama dengan World Bank dan Global Climate Fund untuk pembiayaan hijau sektor energi. Kedua lembaga itu akan berperan sebagai penyedia dana.

Sedangkan untuk sektor infrastruktur hijau, Edwin mengatakan, SMI juga memiliki program dengan Asian Development Bank (ADB), Green Infrastructure Investment and Finance.

Program ini didedikasikan sebagai upaya mendukung pembiayaan berkelanjutan. Salah bank yang turut mendorong pembiayaan hijau di Tanah Air adalah PT Bank HSBC Indonesia.

Baca juga : Mentan Pastikan Kasus PMK Terus Menurun

Salah satu strategi yang mereka kedepankan untuk memperbesar portofolio pembiayaan hijau atau green financing adalah dengan membantu para nasabahnya beralih ke sektor ekonomi hijau.

Commercial Banking Director HSBC Indonesia Eri Budiono, mengatakan, pembiayaan hijau, termasuk di Indonesia, kini terus berkembang. Biaya untuk merealisasikan nol emisi karbon masih sangat besar sehingga membutuhkan dukungan berbagai lembaga keuangan.

"Dan seperti yang sudah disampaikan tadi memang Indonesia butuh pendanaan yang cukup besar untuk memenuhi NDC (Nationally Determined Contribution), kami diperkirakan sekitar 150-226 miliar dolar AS per tahun," kata Eri.

Untuk membantu merealisasikan target penurunan emisi karbon, HSBC telah mengambil peran sebagai pengalokasi modal. HSBC, kata Eri, bisa berperan mencarikan modal di seluruh dunia yang kini lebih tertarik pada aset-aset dan proyek hijau.

Baca juga : Tren Surplus Perdagangan Indonesia Diprediksi Bakal Berlanjut

Selain itu, HSBC kini menurutnya juga tengah mengambil peranan mendukung bauran pendanaan atau blended finance. Salah satu skema yang telah dibentuk bernama Pentagreen Capital, dengan kerja sama HSBC Holdings PLC dengan Temasek, ADB dan Clifford Capital Holdings.

Melalui skema itu, kekuatan ekuitas yang telah terkumpul senilai 150 juta dolar AS. Dana yang akan terus dikembangkan nantinya dimanfaatkan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur berkelanjutan atau infrastruktur di berbagai negara. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense