BREAKING NEWS
 

Eisha Indef: Dampak Penutupan Silicon Valley Bank Ke RI Sangat Kecil

Reporter & Editor :
ADITYA NUGROHO
Sabtu, 18 Maret 2023 13:22 WIB
Peneliti Indef Eisha M Rachbini. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penutupan Silicon Valley Bank (SVB) dinilai dampaknya sangat kecil ke Indonesia. Pasalnya, perbankan Indonesia mempunyai modal yang kuat. 

“Tidak ada juga startup di Indonesia yang terhubung langsung ke SVB bank. di valuated IHSG memang terjadi guncangan karena pengaruh pasar global,” ujar Peneliti Indef Eisha M Rachbini dalam acara diskusi “SVB Bangkrut, Akankah Berimbas Ke Indonesia” Jumat (17/3).

Namun, kata dia, ke depan dari sisi moneter dengan jatuhnya SVB bisa mengingatkan para regulator di dunia, khususnya AS. Menurut dia, bisa saja hal yang terjadi pada SVB bisa juga terjadi pada beberapa bank lain karena kepemilikan di government bond dan beberapa institusi keuangan lain, systematic impact. Masalah utamannya ada pada interest rate.

Baca juga : Gandeng Japan Airlines, Bank Mega Gelar Pameran Travel Fair

Menurut dia, pergerakan interest rate di luar negeri bisa jadi mempengaruhi posisi keuangan dalam negeri dan juga patut diwaspadai. Yang harus dilakukan adalah menjaga kestabilan sistem keuangan. “Meski di AS sanggup menanggung semua depositor yang ada sebesar 250 ribu dolar AS,” katanya.

Adsense

Menurut dia, SVB memang salah satu bank yang inovatif di dunia. Dia menjadi salah satu growing bank di AS dan 16 bank terbesar di AS meski segmented di startup dan venture capital. Banyak yang tertarik investasi di SVB bank venture capital dan startup juga punya deposit di bank itu karena memang sangat inovatif.

Menurutnya, SVB juga mengalami pertumbuhan asset yang sangat cepat. Pada akhir 2021 SVB punya 116 miliar dolar AS dan naik menjadi 216 miliar dolar AS di 2022. Masalahnya, terjadi liquidity mistmatch antara ketika adanya deposito sebagai tabungan jangka pendek oleh SVB ditanamkan ke investasi jangka panjang. Di antaranya di government bonds. 

Baca juga : Tahun Baru Imlek Ditetapkan Libur Nasional, Lasarus Kenang Jasa Megawati

Sementara government bond saat sebelum pandemic Covid-19 memiliki interest rate yang rendah, kebijakan moneter di bank sentral USA dam beberapa negara waktu itu memang menstimulus perekonomian paska financial crisis 2018. Ketika terjadi pandemi dan lain-lain, pergerakan dari interest rate sangat cepat naik/agresif di AS untuk mengatasi inflasi.

Hingga dengan kenaikan interest rate yang sangat cepat itu nilai asset interest rate SVB jatuh. Nilai Interest rate dengan harga government bond menjadi berbanding terbalik hingga assetnya turun.

“Sehingga hal itu merembet pada kepercayaan investor di startup dan venture capital. Muncul keputusan menarik dana di SVB namun tidak terdapat dana cukup di situ karena sudah diinvestasikan di longterm bonds. Terjadi mismatch dan tidak bisa mengcover penarikan dana yang sangat cepat dan kemudian collapse,” katanya.

Baca juga : Hadiri HUT Repdem, Sukur Pesan Relawan Bantu Rakyat Kecil

Apakah penutupan ini akan berdampak pada startup RI? Pemred Majalah Infobank, Eko B Supryanto mengatakan, saat ini “agama valuasi” yang dulu dianut oleh start up tidak bisa lagi dijadikan pegangan. Agama valuasi oleh startup ditolak oleh pasar. “Tidak ada yang tahan membakar uang tanpa bottom line. Sekarang di seluruh dunia termasuk Indonesia, “dewa”nya adalah bottom-up atau keuntungan,” bebernya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense