BREAKING NEWS
 

Menkeu Pede Ekspor Moncer Meski Ekonomi China Kendor

Reporter : NOVALLIANDY
Editor : SARIF HIDAYAT
Rabu, 30 Januari 2019 07:44 WIB
Menteri Keuangan (Menkue) Sri Mulyani (Foto: IG @srimulyani)

RM.id  Rakyat Merdeka - Eksportir tidak perlu cemas dengan terjadinya perlambatan ekonomi China. Sebab, hal tersebut diprediksi tidak sampai memberikan pengaruh besar terhadap kinerja ekspor Indonesia.

Proyeksi itu merupakan hasil pertemuan para petinggi lembaga keuangan negara yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Kemarin, mereka menggelar rapat berkala membahas perkembangan perkonomian dan stabilitas keuangan di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta. 

Hadir dalam rapat ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
 
Ani, sapaan Sri Mulyani mengungkapkan, Pemerintah China akan berusaha mempertahankan permintaan domestik atau daya beli masyarakat agar ekonomi mereka tetap tumbuh.

Untuk itu, potensi impor antara lain kebutuhan batubara di China tetap tinggi.  “Ekonomi melambat bukan berarti permintaan domestik menurun. China masih membutuhkan komoditas dari Indonesia,” ungkap Ani. 

Baca juga : Eksplorasi untuk Menunjang Kemandirian Energi

Seperti diketahui, eksportir cemas dengan penurunan ekonomi China. Sebab, China merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia. Jumlah ekspor ke China pada 2018 mencapai 24,39 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar 13,54 persen dari total ekspor yang mencapai 180,06 miliar dolar AS. 

Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 6,6 persen. Lebih rendah dari 2017 sebesar 6,9 persen. Realisasi 2018 merupakan yang terendah dalam 28 tahun terakhir.

Perlambatan disebabkan sektor investasi dan tingkat kepercayaan konsumen di China yang melemah akibat perang dagang.  Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua, perlambatan ekonomi China menjadi perhatian dunia karena bisa mempengaruhi kondisi ekonomi global. 

Adsense

Ani menekankan, pihaknya akan terus memantau perkembangan ekonomi dunia. Pihaknya akan meneliti lebih dalam seluruh potensi risiko yang datang dari luar negeri, seperti proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi global. 

Baca juga : Raup Laba Rp 25 T, Kinerja Bank Mandiri Kinclong

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, pihaknya antara lain akan memantau kebijakan ekonomi AS dan China.  Selain ekonomi global, Ani memastikan, pihaknya tetap akan menjaga stabilitas perekonomian di dalam negeri.

Kemenkeu akan bekerja sama dengan BI agar Inflasi tetap terjaga dalam target yang ditetapkan pemerintah. Selain itu, akan terus meningkatkan iklim investasi di Indonesia.  Salah satunya, dengan memberikan insentif pajak pada beberapa kalangan pengusaha.  

Kuartal IV Normal 
KSSK melaporkan, berdasarkan hasil pantauan, stabilitas sistem keuangan pada kuartal IV-2018 memuaskan.  “Setelah melihat keseluruhan aspek, KSSK memandang sistem keuangan kita dalam kondisi normal dan berjalan baik,” ujar Ani. 

Ani menilai, kinerja perekonomian kuartal IV-2018 cukup baik. Tetap terjaga walau kondisi perekonomian global sedang tidak stabil.  Gubernur BIPerry Warjiyo memastikan, pihaknya akan terus menjaga kecukupan likuiditas di pasar rupiah dan valas demi mengawal stabilitas nilai tukar rupiah. 

Baca juga : Menristekdikti Resmikan Jurusan Teknologi Pulp & Kertas Pertama Di Riau

“Kami memandang bahwa nilai tukar Rupiah ke depan stabil dan cenderung menguat,” ungkap Perry.  Perry menyebutkan, ada empat faktor yang bisa menguatkan rupiah. Pertama, perekonomian global mulai membaik.

Memang masih ada beberapa gejolak ekonomi pada tahun ini, namun relatif lebih kecil dibandingkan 2018.  Kedua, tingkat kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Tanah Air pun terus meningkat. Hal ini tergambar dari masuknya aliran modal asing sejak kuartal IV-2018. 

Ketiga, fundamental perekonomian Indonesia kuat.  Hal itu tergambar dari tingkat inflasi dan defisit anggaran yang rendah. Dan, keempat perkembangan mekanisme pasar yang saat ini tidak bergantung pada swap (pertukaran bunga dari satu uang ke mata uang lainnya). Sebab, sudah ada Domestic Non Delevery ke Forward (DNDF) yang digunakan.  [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense