BREAKING NEWS
 

Selama Pandemi Dihantam Triple Shock

Ini Penyebab Pertamina Bisa Rugi 11,13 Triliun

Reporter : IRMA YULIA
Editor : MUHAMAD FIKY
Rabu, 26 Agustus 2020 07:07 WIB

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Pertamina (Persero) mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dolar AS atau setara Rp 11,13 triliun pada semester I-2020. Padahal di periode yang sama tahun lalu, perseroan ini meraup laba sebesar 659,95 juta dolar AS, atau Rp 9,56 triliun.

Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan, sejak adanya pandemi corona, pihaknya menghadapi triple shock. 

Yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar yang berdampak pada rupiah, sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan. 

“Dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina di sepanjang semester satu ini. Sehingga membuat kinerja keuangan kami sangat terdampak,” ujarnya kemarin.

 Ia menuturkan, penurunan demand terlihat pada konsumsi BBM secara nasional, yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari atau turun 13 persen dibanding periode sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari. 

Bahkan, selama masa PSBB di beberapa kota besar, juga menyebabkan penurunan demand mencapai 50-60 persen. 

“Namun, Pertamina optimis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif. Sehingga diproyeksikan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi BBM baik industri maupun retail semakin meningkat,” katanya. 

Baca juga : CIMB Niaga Finance Salurkan Pembiayaan Rp 1,7 Triliun

Untuk itu, Pertamina telah melakukan sejumlah inisiatif untuk perbaikan internal dengan tetap melakukan penghematan sampai 30 persen. 

“Perusahaan juga melakukan skala prioritas rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting serta refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif,” jelasnya. 

Meski perusahaan mengalami rugi bersih pada semester 1-2020, Pertamina tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat agar pergerakan ekonomi nasional tetap terjaga. 

“Meski demand turun, seluruh proses bisnis Pertamina berjalan dengan normal. SPBU tetap beroperasi, pendistribusian BBM dan LPG juga tetap terjaga baik, kami memprioritaskan ketersediaan energi bagi rakyat,” tegasnya. 

Sekadar info, dalam laporan keuangan Pertamina semester I-2020 Senin (24/8), rugi bersih Pertamina memang dipengaruhi beberapa faktor. 

Adsense

Seperti anjloknya pendapatan hingga 19,81 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari 24,54 miliar dolar (Rp 359 triliun) pada semester I tahun lalu menjadi 20,48 miliar dolar (Rp 300 triliun). 

Turunnya pendapatan berasal dari penurunan penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi dan produk minyak di dalam negeri sebesar 20,9 persen yoy menjadi 16,57 miliar dolar (Rp 242 triliun), dibanding sebelumnya sebesar 20,94 miliar dolar (Rp 306 triliun). 

Baca juga : Mendikbud Diminta Tegas, Stop Penyebaran Radikalisme Di Perguruan Tinggi Negeri

Tidak hanya itu, tekanan terhadap pendapatan perseroan juga berasal dari penurunan penggantian biaya subsidi dari pemerintah menjadi 1,74 miliar dolar (setara Rp 25 triliun), dari 2,51 miliar dolar (setara Rp 36 triliun) pada periode sama pada 2019. 

Sementara total penjualan perseroan hanya 19,84 persen menjadi 20,48 miliar dolar (setara Rp 300 triliun), turun dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai 25,55 miliar dolar (setara Rp 374 triliun). 

Namun untuk penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak naik menjadi 1,76 miliar dolar (setara Rp 25,7 triliun), dari sebelumnya 1,61 miliar dolar (setara Rp 23,5 triliun). 

Pertamina juga mencatatkan rugi selisih kurs sebesar 211,83 juta dolar (Rp 3 triliun) pada semester I-2020. Ini juga berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu, di mana perusahaan masih mencatatkan untung kurs sebesar 64,59 juta dolar (atau Rp 946 miliar). 

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, tidak hanya di dalam negeri, tapi hampir seluruh perusahaan di seluruh dunia, kinerjanya menukik terhantam pandemi Covid-19. 

Menurutnya, Pertamina rugi karena sejumlah penyebab. Mulai dari hulu sampai hilir. Dari, anjloknya harga minyak dunia, rupiah yang terdepresiasi cukup dalam, bahkan hingga turunnya penjualan BBM akibat turunnya konsumsi masyarakat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

“Saya kira, wajar kalau Pertamina sampai rugi. Banyak perusahaan minyak global yang juga kinerjanya menurun karena terdampak Covid-19,” ujarnya, saat dihubungi Rakyat Merdeka. 

Baca juga : Agar Proses Belajar Lancar, Kemenag Beri Bantuan Pesantren Rp 2,5 Triliun

Bahkan ia masih mengapresiasi upaya Pertamina yang mampu mengencangkan ikat pinggang sepanjang pandemi ini. Sehingga kinerjanya tidak anjlok lebih dalam. 

“Tadinya, dikhawatirkan kerugian Pertamina bisa lebih dari Rp 11 triliun. Jadi, direksi sekarang perlu semakin kerja keras untuk membalikkan keadaan dari rugi menjadi kembali untung di akhir tahun nanti,” katanya. 

Ia pun mengimbau, Pertamina bisa menerapkan berbagai langkah strategis lain. Misal, melakukan hedging seperti yang dilakukan PT PLN. Termasuk, melakukan refinancing atas utang-utang yang dimiliki. Sehingga beban bunga tak semakin bertambah. 

“Pertamina juga perlu menegosiasikan ulang kontrak-kontrak atas semua pekerjaan proyekproyeknya,” imbaunya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense