Sebelumnya
Karena itu, Rofikoh meyakini, penyaluran kredit kepada usaha wong cilik ini tidak cukup hanya dilakukan oleh sektor perbankan saja. Namu, membutuhkan lembaga lainnya, antara lain PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM yang telah memiliki Program Mekaar, sebagai produk pembiayaan UMi.
Untuk diketahui, Program Mekaar ini telah dinikmati secara berkelompok oleh lebih dari 8 juta wanita dari keluarga pra-sejahtera.
Selain PNM, PT Pegadaian juga menyalurkan pembiayaan UMi kepada sekitar 219 ribu nasabah. “PT Bahana Artha Ventura juga sekitar 270 ribu nasabah UMi,” imbuh Rofikoh.
Baca juga : Mulai Februari, Akseleran Salurkan Pembiayaan UMKM dari Bank Jago Rp50 Miliar
Selain itu, rencana pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan tiga BUMN, yaitu BRI, Pegadaian dan PNM, juga diyakini dapat melawan pemain teknologi finansial (financial technology/fintech) bodong di masa pemulihan ekonomi tahun ini.
Pelaku Usaha Tercekik
Terpisah, Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo menggarisbawahi, di masa pandemi ini sektor UMKM seringkali dijadikan sasaran pembiayaan oleh fintech. Sebab, fintech menawarkan waktu pencairan cepat dan persyaratan antiribet.
Baca juga : Holding BUMN Buka Akses Pembiayaan Mikro Lebih Cepat
Bahkan, fintech bodong yang belum berizin pun sering memanfaatkan ceruk segmen tersebut. Ini justru memperlambat pemulihan ekonomi nasional, karena pada akhirnya pelaku usaha malah tercekik dengan bunga pinjaman fintech yang selangit.
“Pembiayaan yang dilakukan fintech ke segmen mikro ini sudah sangat besar. Karena jumlah UMKM yang unbankable juga sangat besar. Karena itu, mereka jadi sasaran fintech bodong dan rentenir. Holding ultra mikro bisa jadi solusi,” jelas Andreas dalam sebuah diskusi, kemarin.
Menurut dia, holding tersebut akan mampu memberi pinjaman lebih cepat bagi pelaku usaha, layaknya fintech. Sehingga bisa menyelamatkan pelaku ultra mikro dari jeratan fintech bodong dan rentenir.
Baca juga : Holding BUMN UMi Cegah Aksi Rentenir
Saat ini, jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 57 juta. Dari jumlah itu, baru 15 juta pelaku UMKM yang sudah mendapat layanan keuangan dari lembaga formal. Sisanya, masih mendapat pinjaman dari rentenir, atau mengandalkan bantuan kerabatnya.
“Efisiensi bisnis juga akan membuat holding lebih kuat. Holding tidak akan memicu pemangkasan karyawan. Tetapi karyawan saat ini akan lebih banyak ditempatkan pada pendampingan pelaku UMKM. Ini justru lebih bagus,” tutup Andreas. [DWI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.