BREAKING NEWS
 

Menperin: Pengguna Garam Sumbang Devisa Miliaran Dollar AS

Reporter & Editor :
FAQIH MUBAROK
Jumat, 24 September 2021 22:05 WIB
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat webinar Industrialisasi Garam Nasional Berbasis Teknologi yang diselenggarakan Forum Diskusi Ekonomi dan Politik (FDEP) bersama SBE-UISC, Jumat (24/9). (Foto: Ist)

 Sebelumnya 
Tantangan Garam Nasional 

Adsense

Memang, ada banyak tantangan penggunaan garam nasional. Salah satunya adalah selisih kemampuan produksi dengan kebutuhan nasional. Masalah lain keberlanjutan pasokan. Industri pengguna tidak mungkin menghentikan operasi saat garam nasional tidak tersedia.

Masalah yang tidak kalah penting adalah garam produksi dalam negeri belum sesuai kebutuhan industri. Garam industri paling tidak harus punya kadar kemurnian 97 persen. Di sektor farmasi dan kosmetik, kadar kemurnian malah paling rendah 99 persen. Sementara kadar garam dalam negeri masih di bawah 90 persen.

Baca juga : Menpora Jempolin Media Group Sawer Rp 2 Miliar Atlet Paralimpiade

"Banyak masalah kalau menggunakan garam tidak sesuai standar," kata Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik & Hubungan Antar Lembaga Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Hermawan Prajudi.

Garam dengan kandungan air tinggi bisa mempercepat kerusakan produk. Kandungan benda asing di garam bisa menjadi salah satu penyebab mesin pengolah rusak hingga ditolak oleh pasar. Bahkan, keberadaan benda asing dalam produk makanan bisa memicu keluhan konsumen.

Sebagai industri orientasi ekspor, lanjutnya, sektor makanan dan minuman juga harus memenuhi standar keamanan pangan di berbagai negara. Standar itu tidak menoleransi benda-benda asing dalam pangan. Karena itu, industri makanan dan minuman sulit menerima garam dengan kadar kemurnian di bawah standar.

Baca juga : Menteri Teten Minta UMKM Mulai Garap Produk Berbasis Inovasi Dan Teknologi

Dikatakannya, anggota GAPMMI tentu sangat ingin menggunakan garam produksi dalam negeri. Masalahnya, pernah ditemukan aneka pengotor dalam garam produksi dalam negeri. Bahkan, alat pelacak logam sampai bisa mendeteksi logam dalam garam produksi dalam negeri.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Indonesia Misri Gozan tidak menampik ada peluang garam produksi dalam negeri tidak mencapai standar kemurnian yang dibutuhkan. Karena itu, dibutuhkan intervensi teknologi dalam produksi garam nasional.

Kata dia, produksi garam nasional juga punya banyak tantangan. Salah satunya adalah kondisi alam. Kelembaban di Indonesia bisa mencapai 90 persen. Sementara di Australia, kelembaban bisa 30 persen.

Baca juga : Menkominfo Sebut Ekonomi Digital RI Sekitar 124 Miliar Dolar AS DI 2025

Selain itu, tidak semua daerah Indonesia bisa terus menerus dalam kondisi panas selama paling tidak 1,5 bulan berturut-turut. Periode itu waktu paling singkat untuk menguapkan air laut. "Di Indonesia, produksi garam memang masih mengandalkan penguapan air laut. Sementara di beberapa negara lain, garam ditambang dari gunung," tandasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense