BREAKING NEWS
 

Dukung Militer Myanmar, Menentang Dewan Keamanan PBB

China Anggap Kudeta Cuma Seperti Reshuffle Kabinet

Reporter : PAUL YOANDA
Editor : MELLANI EKA MAHAYANA
Kamis, 4 Februari 2021 05:40 WIB
Sebuah lokasi yang diduga digunakan sebagai tempat penahanan para tokoh sipil Myanmar, dijaga militer. (Foto : REUTERS).

RM.id  Rakyat Merdeka - China kembali membeking Myanmar. Negeri Tirai Bambu itu tidak setuju dengan pernyataan bersama yang dibuat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) dalam pertemuan yang membahas kudeta di Myanmar, Selasa (2/2) waktu Amerika Serikat (AS).

China adalah salah satu negara anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto. Pada pertemuan di New York, AS itu, DK PBB gagal menyetujui pernyataan bersama setelah China menggunakan hak vetonya untuk tidak mendukung. Padahal, menurut Utusan Khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schra­ner, DK PBB mengecam keras kudeta militer yang berlangsung di Negeri 1.001 Pagoda itu.

China beralasan, sanksi atau tekanan internasional hanya akan memperburuk keadaan di Myanmar. Seperti diketahui, Beijing bersama Rusia berulang kali melindungi Myanmar dari kritikan PBB atas tindakan mi­liter terhadap populasi minoritas etnis Rohingya di sana.

Baca juga : Program Pengendalian Banjir Jangan Cuma Lips Service

Menurut Sebastian Strangio, penulis dan editor Asia Tenggara di The Diplomat, kepada BBC, sikap Beijing tersebut konsisten dengan respons mereka terhadap intervensi internasional. “Kenda­ti mendapatkan keuntungan strategis dari keterasingan Myanmar dari Barat, tidak berarti Beijing senang dengan kudeta militer di sana,” terang Strangio.

Dia menambahkan, Beijing tidak sepakat dengan intervensi asing terhadap masalah dalam negeri suatu negara. Sejatinya, imbuh Strangio, China memi­liki hubungan yang baik dengan Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (National League for Democracy). Negeri Panda itu juga berhubungan baik dengan tokoh demokrasi dan Pemimpin defacto Aung San Suu Kyi yang kini ditahan militer.

“Kembalinya militer sebe­narnya berarti China harus berurusan dengan institusi di Myan­mar yang secara historis paling mencurigai mereka,” terangnya.

Baca juga : DPR: Pak Jokowi, Ayo Lah Reshuffle Aja Kabinetnya

Namun hal berbeda ditutur­kan Elliott Prasse-Freeman, pengamat Myanmar dari Uni­versitas Nasional Singapura. Kepada BBC ia menilai, China tampaknya memberi isyarat dukungan diam-diam terhadap kudeta. Sebab, menurut Prasse-Freeman, China menganggap kudeta itu seperti melihat perom­bakan (reshuffle) kabinet. “Pe­nilaian itu juga dikatakan media Pemerintah China,” paparnya.

Lebih Lanjut Prasse-Freeman mengatakan, pernyataan DK PBB tidak akan membuat perbe­daan secara langsung, tapi hal itu akan berfungsi sebagai langkah pertama untuk menyatukan tanggapan internasional. Tapi, itu sukar terjadi.

Adsense

Pekerja Medis Protes

Baca juga : Tingkatkan Kemudahan dan Keamanan Pelanggan, Prodia Layani Pengambilan Sampel Drive Thru

Aksi protes melanda Myanmar terkait kudeta militer. Staf di 70 rumah sakit dan departemen me­dis di 30 kota, menggelar mogok kerja, kemarin. Sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dengan sebutan Gerakan Pembangkangan Sipil Myanmar menyampaikan, tentara telah menempatkan ke­pentingan sendiri di atas kepentingan warga yang rentan akibat pandemi virus Corona.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense