BREAKING NEWS
 

Health Working Group G20 Bali Diwarnai Gempa

Prof. Tjandra: Lagi Bahas Bencana Kesehatan, Datang Bencana Alam

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Selasa, 23 Agustus 2022 08:04 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama berbagi pengalaman, menghadiri pertemuan Health Working Group G20 di Nusa Dua, Bali, Senin (22/8).

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Tjandra menjadi pembicara pada Pre Conference "1st International Scientific Meeting on Epidemiology (ISME)". Dengan tema dunia yang lebih baik sesudah pandemi, suatu pendekatan holistik.

"Saya membawa topik peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam ketahanan kesehatan negara. Serta jejaring Epidemiologi Global untuk menghadapi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (23/5).

Ada lima hal yang dibahas Prof. Tjandra. Pertama, soal peran KKP di tingkat dunia. Termasuk, daftar resmi KKP Indonesia di WHO, sesuai data per 17 Agustus 2022.

Baca juga : Ini 7 Masalah Kesehatan Di 77 tahun Kemerdekaan RI

Kedua, tentang pengalaman dua kali pandemi yang terjadi sesudah International Health Regulation (IHR 2005) diberlakukan. Yaitu pandemi H1N1 2009 dan Covid-19.

Ketiga, proses penentuan status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

Adsense

"Hingga saat ini, sudah ada penetapan 7 PHEIC. Yang terakhir, cacar monyet," ujar Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Keempat, kemungkinan perubahan IHR di waktu mendatang. Antara lain, tentang peran WHO dalam pembatasan perdagangan dan transportasi waktu terjadinya wabah internasional, serta tugas dan fungsi Emergency Committee dalam penentuan PHEIC. Juga keharusan persiapan yang lebih baik, untuk menghadapi pandemi berikutnya.

Baca juga : Prof. Tjandra: Cacar Monyet Kini Berstatus Darurat Kesehatan Global, Tapi Belum Tentu Jadi Pandemi

Kelima, KKP merupakan unsur vital yang amat penting, dalam menjaga ketahanan kesehatan negara, terkait penyebaran penyakit internasional.

Begitu Prof. Tjandra selesai presentasi, dan akan memasuki sesi tanya jawab, ruangan acara diguncang gempa yang cukup keras.

"Saya dan seluruh peserta Pre Conference berhamburan keluar. Berlarian turun dari tangga. Untungnya, hanya di lantai tiga. Semua selamat," papar Prof. Tjandra.

"Jadi, sedang membahas bencana kesehatan, datanglah bencana alam. Memang ke dua hal ini tidak dapat dipisahkan  dan harus ditanggulangi bersama," imbuhnya.

Baca juga : Menkeu Sri Mulyani Bahas Setoran Dana Kesehatan Dan Pangan

Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa bermagnitudo 5,8 yang terjadi pada Senin (22/8) pukul 15.36.33 WIB, berlokasi di 9.36 Lintang Selatan, 115.59 Bujur Timur. Dengan pusat gempa berjarak 74 km, arah tenggara Kuta Selatan.

Gempa berkedalaman 124 km itu, dirasakan di Kota Mataram  Lombok Barat, Lombok Tengah dengan skala IV MMI. Serta Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima dengan skala III MMI. Gempa tersebut, diyakini tidak berpotensi tsunami. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense