Dark/Light Mode

Soal Varian Baru B.1640.2  

Prof. Tjandra: Jangan Keburu Panik, Tunggu Data Ilmiahnya Dulu

Rabu, 5 Januari 2022 10:27 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama angkat bicara soal varian baru Covid-19 yang untuk sementara ini diberi nama IHU. 

Varian anyar yang terdeteksi di Prancis ini, diduga berasal dari Kamerun.

 "Dalam hari-hari ini, banyak dibicarakan tentang yang disebut-sebut sebagai varian IHU Covid-19, dengan berbagai berita tentang penularan, berat ringannya penyakit, dampak ke vaksin dan sebagainya. Semua ini baru berdasar pernyataan dari pakar di Prancis, yang melaporkan beberapa kasus yang mereka curigai tertular virus Covid-19 strain B.1640.2," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Rabu (5/1). 

Baca juga : Baru Gerindra Yang Dukung, Lainnya..?

"Berhubung pakarnya berafiliasi di IHU Méditerranée Infection, maka keluarlah berita bahwa ini adalah varian IHU. Sebaiknya, kita tunggu data ilmiah yang lebih jelas," sambung Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Terkait hal tersebut, Prof. Tjandra menyampaikan lima hal yang patut menjadi perhatian.  

Pertama, tidak ada nomenklatur varian IHU dalam Covid-19, karena IHU adalah nama institut yang salah satu stafnya melaporkan hal ini. Bukan abjad Yunani yang biasa dijadikan patokan WHO untuk memberi nama varian baru SARS CoV2, penyebab Covid-19 . 

Baca juga : Prof. Tjandra: Tak Ada Data Ilmiah Valid Tentang Dampak Vaksinasi Covid 16 Kali

Kedua, sesuai aturan International Health Regulation (IHR), bila ada kecurigaan terhadap penyakit menular yang penting, maka yang resmi melaporkan ke WHO adalah IHR Focal Point di negara yang bersangkutan. Tentunya, setelah dilakukan analisis mendalam, berdasarkan kemungkinan berbagai laporan pakar di negara tersebut.

Kalau hanya satu pendapat, jelas masih diperlukan analisis mendalam, sebelum resmi menjadi laporan IHR Focal Point negara tersebut ke dunia.

"Saya kebetulan pernah menjadi IHR Focal Point Indonesia selama 5 tahun, sejak 2009 sampai 2014, sebelum saya bergabung dan menjadi Direktur Penyakit Menular  WHO Asia Tenggara," ujar Prof. Tjandra.

Baca juga : Bahlil: Ibarat Mobil Baru Ganti Oli, Perusahaan Jangan Dikasih Beban Tinggi, Nanti Bisa Masuk Got

Ketiga, dalam pemberitaan media, varian ini disebut sebagai B.1640.2. Sebenarnya, sejak 22 November 2021, WHO sudah menggolongkan B.1640 (tanpa pembagian “.1” atau “.2”) sebagai variant under monitoring (VUM), bersama dengan B.1.1.318 dan C.1.2.

B.1640 sudah dilaporkan dari beberapa negara sejak September 2021.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.