BREAKING NEWS
 

Menjaga Kreativitas Kota Di Masa Wabah

Reporter & Editor :
MUHAMMAD RUSMADI
Senin, 15 Februari 2021 12:37 WIB
Dr. Tantan Hermansah, pengampu MK Sosiologi Perkotaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Anggota Komisi Infokom MUI Pusat

RM.id  Rakyat Merdeka - Melihat ulasan berbagai media terkait keadaan umum yang melanda kota, salah satu masalah yang muncul adalah menurunnya produktivitas. Sebagai ruang produksi untuk berbagai produk budaya manusia, maka ketika masalah produktivitas warga kota terganggu, bisa dipastikan bahwa aspek-aspek lain dari sistem kehidupan manusia akan terganggu juga.

Menurunnya produktivitas ini memang bisa dijelaskan secara logis dan sistematis. Salah satu alasannya antara lain adalah menurunnya permintaan dan atau berkurangnya suplai barang dan jasa, sehingga menyebabkan ada upaya rasionalisasi untuk meresponnya. Alasan lain adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka mengendalikan penyebaran virus Covid-19 sehingga masyarakat dikerangkai oleh struktur New Normal yang meliputi pembatasan sosial.

Baca juga : Menang Pamor, Prestasi The Doctor Diramal Tetap Kendor

Namun apakah keadaan ini akan dibiarkan saja seperti ini. Sementara kehidupan harus tetap berjalan, dan kebutuhan manusia akan hal-hal dasar (primer) bersifat tetap. Dengan bahasa yang sederhana, manusia tetap perlu mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Sebab ketiganya merupakan kebutuhan dasar yang wajib tersedia walau dalam kondisi apapun.

Salah satu semangat dan aksi yang perlu dijaga adalah kreativitas. Kreativitas merupakan agregasi antara imajinasi tentang sesuatu (bisa yang sudah ada, atau yang baru sama sekali) dengan kebutuhan riil masyarakat saat ini, yang jika keduanya dipertemukan, maka akan menghasilkan nilai tambah.

Baca juga : DatascripMall Dukung Produktivitas di Masa Pandemi

Sebagai contoh: sebuah produk kuliner yang biasa dipajang di resto atau “ruang publik”, karena pandemi terpaksa berpindah tempat ke dapur sang pemilik produk. Tanpa sentuhan kreativitas, maka produk kuliner tersebut bisa jadi teronggok tidak berdaya dan menunggu “mati”. Berbeda dengan ketika produk tersebut disentuh oleh semangat dan aksi kreatif.

Maka produk kuliner tersebut kemudian bertransformasi dari produk dimakan langsung, menjadi produk dibungkus dan kemudian dijual secara daring. Ada dua tindakan yang harus diputuskan oleh sang empunya produk: menunggu situasi mereda; atau melakukan perubahan radikal untuk menimba untung di tengah situasi yang tidak pasti.

Baca juga : Garuda Indonesia Perkuat Bisnis Kargo Udara Di Masa Pandemi

Era saat ini sering disebut sebagai era disrupsi dan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity). Disrupsi secara singkat bisa diartikan segala hal bisa “dihentikan” secara mendadak dan tanpa tedeng aling-aling. Sedangkan VUCA merupakan pilar-pilar yang berkontribusi secara tidak langsung pada disrupsi tersebut.

Di tengah-tengah dinamika yang sangat kompleks, kontekstualisasi tindakan sangat diperlukan. Kesadaran akan realitas yang tidak bisa diprediksi secara jangka panjang menyebabkan banyak pihak mengolah kesadaran potensiannya, menjadi kesadaran aktual. Artinya, setiap pihak selalu berpikir dan bertindak, yang berbasis pada pertimbangan jangka pendek terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengaitkannya dalam perspektif jangka panjang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense