BREAKING NEWS
 

Mau Indonesia Segera Merdeka Dari TB? Ikuti 5 Saran Mantan Direktur WHO Ini

Reporter & Editor :
FIRSTY HESTYARINI
Minggu, 3 Oktober 2021 16:33 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Data dari 84 negara ini juga menunjukkan, jumlah orang yang mendapat penanganan TB pada tahun 2020 turun 1,4 juta orang dibanding 2019, sebagai akibat pandemi COVID-19. Atau turun 21 persen.

Bahkan, di 10 negara dengan beban TB terbesar (high burden countries) yang disurvei, penurunannya mencapai 28 persen.

Di sisi lain, kalau kita lihat angka Indonesia berdasar laporan Kementerian Kesehatan, cakupan pengobatan TB pada 2019 mencapai 67 persen. Turun 41 persen pada tahun 2020.

"Pengendalian TB dan Covid-19 sebenarnya dapat disinergikan berdasarkan 3 hal. Yaitu inovasi, kerja sama dan integrasi," tegas Prof. Tjandra.

Menurutnya, ada 7 hal yang dapat dilakukan bersama untuk kedua penyakit ini. Yaitu testing, penelusuran kontak, surveilans, pengendalian dan pencegahan infeksi (infection prevention control), komunikasi risiko, pelayanan kesehatan dan upaya melibatkan masyarakat.

Baca juga : Bekuk Persiraja, Macan Kemayoran Nangkring Di Peringkat Ketiga

Cara Pengentasan

Prof. Tjandra yang saat ini menjabat Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI menyebut, ada 5 hal yang perlu dilakukan di negara kita, untuk mencapai eliminasi tuberkulosis di 2030.

"Karena kita ada di peringkat kedua dunia dalam jumlah kasus TB, maka apa yang kita lakukan tentu berperan besar dalam menghentikan epidemi TB di dunia, sesuai mandat SDG," tuturnya.

Pertama, tuberkulosis harus menjadi kegiatan lintas program/sektor dengan program dan dukungan sumber daya yang jelas.

Kedua, harus ada implementasi nyata di lapangan, rencana kerja, monitoring dan evaluasinya. Ketiga, penanganan TB juga meliputi masalah kesehatan terkait (HIV, diabetes mellitus, rokok, gizi, dan sebagainya).

Baca juga : Mata WHO Tetap Melotot

Keempat, prinsip utama program penanggulangan TB adalah berorientasi ke pasien (patient oriented), serta keluarganya dan masyarakat (community oriented).

"Kelima, kalau memang stop epidemi TB sudah menjadi target Dunia (SDG), eliminasi TB 2030 sudah jadi target nasional, maka seyogyanya juga perlu ada target daerah (propinsi & kabupaten/kota), yang keberhasilannya di monitor ketat dalam 9 tahun mendatang, menjelang 2030," tandas Prof. Tjandra.

Dalam konteks pelayanan kesehatan, universitas yang menangani ilmu kesehatan serta asosiasi profesi kesehatan juga perlu melakukan 7 hal untuk mencapai eliminasi TB dan stop epidemi TB pada 2030.

Pertama, harus melakukan penanganan pasien TB sesuai panduan yang berlaku. Kedua, melakukan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan terampil.

Ketiga, melakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat luas. Keempat, membina komunikasi inter dan antar sektor kesehatan. Kelima, melakukan advokasi lintas sektor.

Baca juga : Pesut Etam Puas Dapat Satu Poin Lawan Bali United

Keenam, membuat publikasi ilmiah di jurnal kedokteran/kesehatan dan juga menulis ilmiah populer di media massa. Agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

Ketujuh, melakukan penelitian. Baik dalam bentuk riset dasar, riset klinik, riset operasional dan kajian lapangan.

"Hanya dengan upaya keras kita bersama, maka target SDG untuk mengakhiri epidemi TB dunia 2030, dan juga target eliminasi TB Indonesia 2030 dapat tercapai," pungkas Prof. Tjandra. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense