Sebelumnya
Dari obrolan yang nggak abis-abis itu, saya meyakini Bang ONO ini oposan sejati. Setiap ada hal yang tidak sepakat, beliau bakal menyela dan melontarkan pendapat. Termasuk mengkritik kantor, kalau beliau ngga ada yang kurang.
Di grup WhatsApps awak redaksi pun demikian, Bang ONO lancar melontarkan kritikan, ejekan, dan candaan untuk semua hal. Semua kritik itu menambah keriuhan grup. Lumayan biar nggak stress di tengah kekacauan situasi nasional.
Baca juga : Wafatnya Teman Orang-orang Kecil
Beberapa bulan belakangan, saya dan Bang ONO jadi sering chat. Banyak nasehat yang beliau ajarkan pada saya. Misalnya, jangan terlalu kaku, hingga berpikir untuk cari kerjaan lain.
“Itu juga saya pikirkan bang, tapi biar duit mengikuti aja, kerja aja yang benar, saya milih mati sebagai wartawan daripada sebagai orang biasa,” kata saya.
“Bagus itu. Lanjutkan Ospi,” balas Bang Ono.
Selang beberapa hari dari obrolan via handphone, Bang ONO meninggal dunia. Saya ingat-ingat lagi, omongan beliau kepada saya beberapa waktu belakangan lebih mirip nasihat. Isinya, kalau yakin benar teruslah dilanjutkan.
Baca juga : ONO Panggil Saya Tulang
Bagi saya, itu sikap oposan sejati. Sekarang beliau sudah tiada. Saya takjub beliau membawa sikap oposan itu sepanjang hidupnya. Tanpa kepikiran untuk menggadainya. [Ospi Darma/Wartawan Rakyat Merdeka]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.