Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Sudah tiga hari saya susah tidur, bengong mulu. Masih kepikiran rekan seperjuangan di kantor yang belum lama wafat. Sugihono bin Soepanto. Saya panggil ‘Mas Noy’, karena dia panggil saya ‘Mas Goy’.
Menghadap Sang Khalik, Mas Noy menyusul Mas Ade, Feril, Buya, dan Kris. Namanya teman sekantor, mereka bikin sedih. Tapi, Mas Noy yang paling nyesek.
Sebelum marak pandemi awal Maret 2020, menahun saya sering bareng Mas Noy. Kerja, nongkrong, main kartu, jalan-jalan. Almarhum gampang diingat. Doyan banyol, keras kepala tapi agak polos, dan rajin kerja.
Dasarnya aktivis ‘98. Sampai ajal menjemput, Mas Noy terbilang masih ‘tegak lurus’. Lingkup kerjanya juga ‘wong cilik’. Akrab dengan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta, komunitas jurnalis, dan politisi kerakyatan. Singkat kata, Mas Noy saya anggap ‘Jurnalis Oposisi’.
Baca juga : Selamat Jalan Pengagum Gus Dur
Semangat ‘oposisi’ itu terus terlihat saat dia bicara atau via tulisannya. Tiap hari, ia mengeluhkan presiden, menteri, polisi, dan elite politik. Tidak asal cuap, dia selalu menyertai dengan data atau rekaman berita. Jadi, masuk akal.
Bukan hanya pemerintah. Kantor juga sering ia kritik. Seniorku itu selintas kaku, tapi nyatanya luwes, dan nyaris tak pernah membangkang. Bahkan, kerjanya lebih rajin dan oke dari yang ‘posisi’. Sungguh saya malu.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.