Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Penjelasan Guru Besar Farmasi Esa Unggul tentang Amuba Pemakan Otak

Kamis, 16 Maret 2023 13:25 WIB
Ilustrasi/Seorang mahasiswa melakukan serangkaian tes di Lab Universitas Esa Unggul. (Foto: UEU)
Ilustrasi/Seorang mahasiswa melakukan serangkaian tes di Lab Universitas Esa Unggul. (Foto: UEU)

RM.id  Rakyat Merdeka - Belakangan ini, dunia kesehatan dikejutkan oleh kasus kematian seorang pria di Florida, Amerika Serikat, yang meninggal dunia akibat terinfeksi “amuba pemakan otak”. Departemen Kesehatan setempat menyebutkan, kematian pria tersebut disebabkan karena kebiasaannya mencuci hidung dengan air.

Bagaimanakah sesungguhnya makhluk yang disebut “amuba pemakan otak” itu dan seberapa jauh bahayanya? Berikut ini penjelasan Guru Besar Prodi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Prof Maksum Radji.

Menurut Prof Maksum, istilah ini memang terkesan cukup menyeramkan. “Kasus meninggalkan seseorang di Florida Barat Daya Amerika Serikat tersebut, bukan satu-satunya. Akan tetapi tahun lalu juga pernah ditemukan di Korea Selatan dan Pakistan,” terangnya.

Prof Maksum lalu mengutip laman https://www.newsweek.com/brain-eating-amoeba-pakistan-naegleria-fowleri-cases-infection-1703795, yang menyebutkan bahwa sejak 2011 sampai 2022, sekitar 90 orang meninggal akibat terinfeksi “amuba pemakan otak” yang sumber penularannya diperkirakan berasal dari tangki penampung air bawah tanah. “Walaupun kasusnya jarang ditemukan, infeksi yang disebabkan amuba ini berakibat fatal,” terangnya.

Prof Maksum menambahkan, mikroorganisme penyebab kematian yang fatal tersebut adalah mikroorganisme bersel tunggal yang disebut Naegleria fowleri. Mikroorganisme tersebut tergolong sebagai amuba yang mampu menghancurkan jaringan otak dalam waktu relatif singkat, sehingga dijuluki sebagai “amuba pemakan otak”. “Secara medis penyakit ini disebut dengan primary amebic meningoencephalitis (PAM) atau meningoensefalitis ameba primer,” katanya.

Baca juga : Ini Penjelasan Resmi LPSK, Soal Pencabutan Perlindungan Terhadap Richard Eliezer

Menyerang Otak
Prof Maksum menjelaskan, amuba Naegleria fowleri ini umumnya hidup di air tawar hangat seperti danau, sungai, mata air panas, serta di dalam tanah. Ketika air yang mengandung amuba ini memasuki hidung, mikroorganisme sel tunggal tersebut dapat masuk ke dalam otak dan menyebabkan infeksi pada otak yang fatal, sehingga menyebabkan kematian.

Dia menjelaskan, dalam salah suatu studi ditemukan bahwa “amuba pemakan otak” ini masuk ke dalam sel-sel otak diperantarai senyawa kimia yang digunakan sel-sel saraf untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Begitu berada di rongga hidung, amuba akan masuk melalui sel saraf yang terhubung dengan indra penciuman ke dalam lobus frontal otak manusia. “Pada saat amuba masuk ke dalam otak manusia, amuba ini menggunakan sel-sel otak sebagai sumber nutrisinya untuk berkembang biak, sehingga dalam waktu singkat menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak,” jelas Prof Maksum.

Sebagaimana dilansir dari laman https://www.cbsnews.com/news/brain-eating-amoeba- florida-sinus-rinse-tap-water-charlotte-county/ pada 2 Maret 2023, Departemen Kesehatan Florida menyebutkan, kematian yang terjadi pada warganya terjadi kemungkinan akibat pencucian sinus hidung menggunakan air ledeng yang terkontaminasi. Walaupun demikian, infeksi ini jarang terjadi.

Cara Penularan
Prof Maksum mengungkapkan, penularan amuba ini melalui water borne atau menular melalui air. Infeksi dapat terjadi ketika air yang terkontaminasi masuk ke tubuh melalui hidung. Amuba ini banyak ditemukan di danau air tawar, kolam, kanal, sungai, lumpur dan lubang-lubang batu.

“Infeksi amuba Naegleria fowleri ini dapat terjadi saat air yang terkontaminasi amuba masuk ke hidung. Misalnya saat seseorang pergi berenang atau menyelam di danau, sungai, atau sumber mata air panas. Transmisi amuba ini dapat pula terjadi melalui air kolam renang yang tidak dirawat dengan baik, tempat bermain air atau taman selancar yang tidak terpelihara dengan baik, dan juga ketika mereka menggunakan air keran yang terkontaminasi untuk membilas sinus hidungnya,” terangnya.

Baca juga : Guru Besar Teknik Kimia Undip: Kemasan BPA Free Belum Tentu Aman Digunakan

Dengan demikian amuba, ini menyebabkan infeksi pada otak, dan menghancurkan jaringan otak dan biasanya berakibat fatal. Masa inkubasi yang dibutuhkan antara 2 hingga 15 hari sampai munculnya gejala penyakit. Kematian biasanya terjadi 3 sampai 7 hari setelah gejala muncul. Rata-rata waktu kematian adalah 5,3 hari sejak timbulnya gejala. “Hanya sedikit pasien saja di seluruh dunia yang dilaporkan selamat dari infeksi ini,” kata Prof Maksum.

Gejala primary amebic meningoencephalitis (PAM) biasanya tidak spesifik dan mirip dengan meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan virus atau bakteri. Gejalanya meliputi sakit kepala berat, demam, leher kaku, kehilangan selera makan, muntah, keadaan mental yang berubah, kejang dan koma.

Prof Maksum melanjutkan, cara untuk mendiagnosis infeksi “amuba pemakan otak”, cukup sulit. Untuk mengidentifikasi penyebab primary amebic meningoencephalitis (PAM), harus menggunakan tes laboratorium khusus guna mencari spesies amuba dalam cairan serebrospinal, biopsi, atau spesimen jaringan lainnya. Diagnosis “amuba pemakan otak” dilakukan antara lain melalui serangkaian wawancara dengan pasien, pemeriksaan cairan serebrospinal, dan beberapa tes pencitraan yaitu CT-scan, atau MRI.

Hingga saat ini juga belum tersedia tes cepat untuk identifikasi infeksi “amuba pemakan otak”. “Kasus PAM ini jarang dan sulit dideteksi dan sekitar 75 persen kasusnya baru bisa ditegakkan setelah pasien yang menderita penyakit ini meninggal dunia,” jelasnya.

Pencegahan Infeksi
Prof Maksum menjelaskan, walaupun kasus infeksi amuba Naegleria fowleri tergolong jarang terjadi, namun upaya pencegahannya sangat penting untuk dilakukan, mengingat tingginya angka kematian akibat infeksi amuba ini.

Baca juga : Ketua Bakohumas Apresiasi Komunikasi Publik Kementan Tangani Penyakit Hewan

Prof Maksum menyarankan, sebaiknya menghindari berenang di danau atau sungai terutama ketika cuaca sedang hangat; gunakan penutup hidung atau gunakan jari untuk menutup hidung saat melompat atau menyelam di danau; hindari bermain atau menggali sedimen lumpur di bawah air tawar yang dangkal, karena amuba kemungkinan hidup di dalam sedimen tersebut. Pastikan dengan baik ketika berenang di kolam renang bahwa airnya bersih dan higienis, serta desinfeksi kolam renang secara rutin sebelum dan sesudah digunakan. Awasi anak-anak jika menggunakan selang air, atau aktivitas lainnya agar air tidak masuk ke dalam hidung.

“Infeksi amuba Naegleria fowleri dapat menyebabkan kondisi yang parah dan fatal yang disebut meningoensefalitis amuba primer. Infeksi ini terjadi ketika amuba masuk melalui hidung dan menyebar ke otak. Walaupun infeksi Naegleria fowleri sangat jarang, namun, jika seseorang gemar berenang atau sering membilas hidungnya, perlu memperhatikan upaya pencegahan guna mengurangi risiko infeksi,” pungkas Prof Maksum.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.