Dark/Light Mode

Merdeka Belajar Tingkatkan Pendidikan Vokasi di SMK

Minggu, 24 Maret 2024 11:27 WIB
Pendidikan vokasi/Ilustrasi (Foto: Kemendikbudristek)
Pendidikan vokasi/Ilustrasi (Foto: Kemendikbudristek)

Tingkat pengangguran masih menjadi masalah sosial di Tanah Air. International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan, tingkat penggangguran di Indonesia mencapai 5,2 persen pada 2024, berada di urutan ke-59 dunia. Penyumbang tertinggi pengangguran tersebut berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang notebone lulusannya disiapkan untuk langsung masuk dunia kerja.

Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Jumat (5/5/2023), berdasarkan data tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia per Agustus 2022, sebesar 5,86 persen atau 8,42 juta orang. Pengangguran terbanyak dari lulusan SMK. Pengangguran dari lulusan SMK tercatat sebanyak 9,60 persen per Februari 2023.

SMK, yang diharapkan bisa memberikan jalan keluar terhadap permasalahan pengangguran dan kemiskinan, kenyataannya justru lulusan SMK menyumbang angka penggangguran tertinggi di Indonesia. Tidak bisa dipungkuri hal ini terjadi karena semakin berkembangpesatnya teknologi. Di semua bidang pekerjaan, sebagian besar telah bergesar ke digitalisasi dan robotisasi. Jika dulu banyak pekerjaan jasa dan kegiatan yang tampaknya hanya bisa dilakukan di tempat, terutama yang melibatkan kontak langsung antara penyedia dan penerima layanan, hari ini hampir semua kegiatan tersebut dapat digantikan dengan perangkat lunak. Hampir semua aktivitas layananan saat ini dapat didigitalkan dan dialihdayakan. Akhirnya, manusia yang tidak mempunyai keahlian akan semakin terpinggirkan dan menambah demografi pengangguran.

Baca juga : SIM Keliling Jakarta Minggu 24 Maret, Hadir di 2 Lokasi

Oleh karena itu, pendidikan di era ini menuntut bukan hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan teknologi. Guna menunjang perkembangan peserta didik yang akan menjadi sumber daya manusia di masa depan yang mampu beradaptasi dan berdaya saing menjawab tantangan zaman. Saat ini bukan lagi era 4.0 tetapi sudah memasuki era 5.0. Era 5.0 adalah zaman ketika manusia dituntut untuk dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Era ini menjadi peluang sekaligus tantangan baru bagi siswa SMK, khususnya untuk mempunyai keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja dan meningkatkan soft skill sebagai persiapan di masa yang akan datang. Maka, siswa diharapkan memiliki keterampilan 4C yang terdiri dari critical thinking, communication, collaboration, dan creativity untuk dapat beradaptasi dalam dengan kebutuhan dunia pekerjaaan dalam kondisi apa pun.

Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek dan SMK harus meningkatkan pendidik vokasi di satuan pendidiknya. Pendidikan vokasi ini ditujukan agar menghasilkan lulusan siap kerja yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan dunia kerja di era ini. Kemendikbudristek di bawah pimpinan Nadiem Makarim dengan kebijakan Merdeka Belajarnya, sampai saat ini terus berupaya agar pendidikan vokasi dilaksanakan secara maksimal sehingga dapat mengurangi angka penggangguran yang disumbangkan dari SMK.

Baca juga : SIM Keliling Jakarta Jumat 22 Maret, Hadir di 5 Lokasi

“Kita pastikan seluruh pembelajaran di vokasi dapat dilaksanakan dengan baik. Kerja sama industri terus diperkuat dalam meningkatkan kecakapan kerja dan kewirasuahaan dalam menciptakan produk baru dalam negeri. Kita terus tingkatkan kapasitas perguruan tinggi dalam menyediakan layanan Diksi yang selaras dengan kebutuhan nasional,” ujar Sekjen Kemendikbudristek Suharti.

Argumen ini diperkuat dengan hasil capaian pendidikan dan pelatihan vokasi, yaitu 1.851 SMK pelaksana program SMK Pusat Keunggulan dari tahun 2021 hingga 2023; 1.785.872 siswa menerima manfaat dalam program SMK Pusat Keunggulan dari tahun 2021 hingga 2023; Rp 643,17 miliar investasi industri yang dihasilkan dari program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (Matching Fund) dengan melibatkan 720 industri dan 769 SMK pada tahun 2022 dan 2023; Rp 203 miliar investasi yang dihasilkan dari program Matching Fund Pendidikan Tinggi Vokasi dengan melibatkan 504 mitra industri dari tahun 2021 hingga 2023; 202.457 orang peserta program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dari tahun 2020 hingga 2023; 87.311 orang peserta program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) dari tahun 2020 hingga 2023; serta 37.492 orang guru kejuruan, kepala sekolah, dosen yang mengikuti upskilling dan reskilling berstandar industri dari tahun 2020 hingga 2023.

Hasil dari upaya-upaya ini dapat menurunkan tingakat penggangguran yang disumbangakan oleh SMK. Dari data BPS, jumlah pengangguran dari lulusan SMK, pengangguran dari lulusan SMK tercatat sebanyak 9,60 persen per Februari 2023. Jumlah ini turun signifikan dibandingkan data Februari 2022 yang sebesar 10,38 persen dan 2021 sebesar 11,45 persen. Meski demikian, stigma SMK sebagai penyumbang pengannguran tertinggi masih belum bisa lepas. Oleh karena itu, pemerintah tidak boleh berhenti berupaya dan berinovasi untuk meninggkat pendidikan dan pelatihan vokasi di SMK agar lulusan SMK dapat terserap secara maksmimal di dunia kerja.

Nurlaeli
Nurlaeli
Wakil Kepala SMK Islam Insan Mulia, Tangerang

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.