Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menuju Transisi Energi

Kilang Pertamina Internasional Siapkan 5 Jurus Jitu

Selasa, 16 November 2021 19:49 WIB
Direktur Utama PT Pertamina Kilang International Djoko Priyono
Direktur Utama PT Pertamina Kilang International Djoko Priyono

RM.id  Rakyat Merdeka - Tren kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan petrokimia hingga 2030 diperkirakan masih akan terus meningkat. Sementara kapasitas kilang belum bisa memenuhi kebutuhan BBM maupun petrokimia.

Direktur Utama PT Pertamina Kilang Internasional (KPI) Djoko Priyono, mengatakan kebutuhan BBM diperkirakan mencapai 1,5 juta barrel oil per day/BOPD hingga 2030.

Sedangkan kapasitas kilang saat ini baru 700 ribu BOPD atau ada gap 800.000-an BOPD. Sementara itu, kebutuhan petrokimia hingga 2030 mencapai 7.646 kilo ton per tahun.

"Saat ini di dalam negeri baru bisa memproduksi produksi 1.000 kilo ton per tahun," Kata Djoko pada Webinar Kilang Dalam Transisi Energi, Roadmap Pengembangan Kilang dan Petrokimia, Green Fuel Serta Hilirisasi Produksi yang digelar Energy and Mining Editor Society (E2S), Selasa (16/11).

Untuk mengatasi gap tersebut sekaligus menuju transisi energi, ada lima inisiatif di sektor energi dan petrokimia yang dilakukan KPI.

Baca juga : Menag Ajak Organisasi Pemuda Perkuat Moderasi Beragama

Lima inisiatif ini adalah arah yang dilakukan jika terjadi penurunan konsumsi BBM.

Pertama, konversi dari produk BBM ke bahan baku petrokimia hingga petrokimia. Sebelum 2020 solar masih impor, dengan adanya B10-B20 hingga kini tidak ada lagi impor solar dan avtur.

“RDMP fokus pada gasoline pertaseries, yang sampai 2030 diprediksikan masih ada gap. Sehingga beberapa RU (Refinery Unit) fokus pada gasoline pertaseries," tegas Djoko

Kedua, KPI juga bakal meningkatkan kualitas produk dari Euro 2 ke Euro 5.

Ketiga, untuk GRR Tuban diharapkan mampu memproduksi 30 persen kebutuhan petrokimia di dalam negeri.

Baca juga : Kerap Terbakar, Puan: Keamanan Kilang Pertamina Harus Diaudit

Pengembangan petrokimia juga dilakukan dengan meningkatkan produksi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha KPI.

Hal ini dilakukan apabila kebutuhan BBM bisa disubstitusi ke energi terbarukan.

“Akan di-convert ke petrokimia untuk kebutuhan dalam negeri. Apalagi saat ini kebutuhan petrokimia dalam negeri 70 persen masih impor,” kata dia.

Keempat, KPI akan mengembangkan produk turunan kilang. Akan diperhatikan sampai betul-betul produk downstream, seperti untuk bahan baku ban maupun parafin.

"Semua bahan baku ada di kilang untuk produk produk tersebut sampai pada end customer," kata Djoko.

Baca juga : Dukung Percepatan Vaksinasi, Kilang Pertamina Plaju Sabet Penghargaan Pemkot Palembang

Kelima, KPI juga akan men-develop biorefinery, feedstock dari sawit. Ini dalam upaya mengantisipasi transisi energi, juga dalam rangka konversi apabila terjadi penurunan konsumsi BBM.

"Tentunya akan sangat mengurangi CAD (current account deficit) Pemerintah apabila petrokimia bisa diproduksi dalam negeri,” kata Djoko. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.