Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Survey Zebra Technologies
Pasien Khawatir Masalah Supply Chain Di Industri Farmasi
Rabu, 15 Desember 2021 22:32 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Zebra Technologies Corporation merilis temuan-temuan menarik dari Pharmaceutical Supply Chain Vision Study, Rabu (15/12). Penelitian ini menemukan adanya ketidakpercayaan pasien terhadap obat yang mereka terima dan segmentasi di dalam supply chain farmasi, termasuk pihak yang memproduksi, mendistribusikan, meresepkan, dan mengeluarkan obat-obatan tersebut.
Sebanyak 43 persen pasien takut akan timbulnya penyakit lain dan/atau kematian yang disebabkan oleh obat yang sudah terkontaminasi atau tercemar, tanpa adanya upaya untuk memperbaiki supply chain. Efikasi dan keamanan obat ada di urutan pertama bagi pasien. Sebanyak 3 dari 4 pasien menyatakan mereka agak atau sangat khawatir terhadap ketidakefektifan obat dalam mengobati kondisi atau penyakit mereka. Kemudian, 7 dari 10 pasien khawatir saat menerima dosis obat yang tidak sesuai karena kesalahan dalam pelabelan dan bahaya yang bisa mengintai mereka; obat hasil pencurian, terkontaminasi, tercemar, kadaluarsa, atau palsu; obat yang tidak ditangani/disimpan dengan benar selama masa transit dan kemungkinan mengalami kerusakan atau efikasinya hilang.
Pasien tahu, supply chain yang di bawah standard akan berisiko pada kualitas obat dan efikasinya. Pasien ingin lebih diyakinkan bahwa obat yang mereka konsumsi aman dan asli. Sebanyak 9 dari 10 pasien mengatakan, akan cukup atau sangat penting jika mereka bisa memverifikasi keaslian obat yang diberikan kepada mereka, memastikan bahwa obat tidak dirusak, dan memastikan bahwa obat yang sensitif terhadap suhu tetap disimpan di kisaran suhu yang disarankan.
Baca juga : Legenda Bulutangkis Verawaty Fajrin Tutup Usia Di RS Kanker Dharmais
Menurut survei tersebut, pasien juga mengharapkan produsen obat menunjukkan cara mereka memproduksi/menangani obat (81 persen) dan pengangkutan/penyimpanan obat (82 persen). Sebanyak 80 persen mengatakan penting untuk memverifikasi sumber bahan-bahan obat, termasuk negara asal dan standar lokal obat itu sendiri. Selain itu, 79 persen dari responden mengatakan ingin tahu obat mereka berasal dari sumber yang berkelanjutan dan mengkonfirmasi bahwa produsennya menggunakan teknik yang memperhatikan kelestarian lingkungan, perlindungan hewan dan komunitas manusia, serta kesehatan masyarakat.
“Meskipun pemenuhan standar regulasi adalah fokus para pemimpin industri farmasi, perubahan demand pasien ini menunjukkan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan,” ucap Southeast Asia (SEA) Sales Vice President Zebra Technologies Asia Pacific Christanto Suryadarma, dalam paparannya, Rabu (15/12).
Penelitian ini menunjukkan bahwa industri farmasi harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa mereka menempatkan kepentingan pasien di urutan teratas, apabila mereka ingin mendapatkan kepercayaan dan kesetiaan konsumen dalam skala besar. “Penting sekali adanya kerja sama dari manufaktur, instansi pemerintah, farmasi, dan layanan kesehatan, untuk meraih kepercayaan konsumen terhadap supply chain,” jelas Christanto.
Baca juga : Kemenperin-Surveyor Indonesia Genjot TKDN Industri Farmasi Lokal
Pasien Minta Transparansi
Sebanyak 8 dari 10 pasien setuju bahwa pemerintah/regulator dan perusahaan farmasi harus bekerja sama dengan lebih baik lagi untuk melindungi pasien dan memastikan obat yang mereka terima aman dan efektif. Lebih dari 40 persen pasien serta pembuat keputusan dalam industri farmasi mengatakan, regulator, perusahaan farmasi, dan produsen memiliki tanggung jawab paling besar untuk memerangi obat palsu, pencurian obat dan obat terkontaminasi.
Namun, tanggung jawab untuk menerapkan protokol keamanan yang terpercaya ada di pundak mereka yang memproduksi, merilis, dan mengedarkan obat, yang 57 persen pasien menganggap beban terbesar ada di pundak rumah sakit. “Sangat penting bagi industri farmasi di Asia Pasifik untuk memastikan ada peningkatan dalam traceability dan transparansi di seluruh supply chain,” kata Vertical Solutions Lead Zebra Technologies Asia Pacific Aik Jin Tan.
“Dengan bantuan transparansi yang technology-driven, kekhawatiran mengenai kualitas dan kontrol temperatur, obat yang tepat maupun obat yang di bawah standar, bisa diatasi dan hasilnya adalah terciptanya kepercayaan dalam jangka panjang,” tambah Aik Jin Tan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya