Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Petani Tembakau Khawatir Nasibnya Tambah Susah Kalau Cukai Dinaikkan

Rabu, 3 November 2021 12:33 WIB
Petani tembakau. (Foto: Ist)
Petani tembakau. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Petani tembakau kian khawatir dengan nasibnya. Soalnya, di masa pandemi Covid-19 penyerapan tembakau petani oleh perusahaan rokok mengalami penurunan.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengatakan, rencana pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada 2022 diyakini akan semakin menekan kinerja industri hasil tembakau (IHT) dan sektor turunannya pada tahun depan.

Rencana naiknya CHT memberikan tekanan pada pabrik, yang pada akhirnya dirasakan petani. Kondisi ini akan berdampak pada bahan baku.

Baca juga : Ini Kunci Persib Tak Pernah Kalah Di 10 Laga Liga 1

"Harga akan ditekan sebab pabrik tidak mau mengambil risiko dengan harga jual. Maka, pabrikan akan menekan harga bahan baku," ujar Soeseno dalam diskusi AMTI Seri IX bertema Meneropong Kebijakan CHT 2022 terhadap Kondisi IHT dan Dampak Turunannya, dikutip Rabu (3/11).

Soeseno berharap, kenaikan CHT benar-benar dipertimbangkan secara matang. Apalagi, selama situasi pandemi di tahun 2020, volume produksi tembakau turun 10 persen. Artinya, sekitar 34 ribu ton tembakau petani tidak terserap. "Harapan kami cukai jangan naik lagi," pintanya.

Kenaikan CHT itu pun, akan semakin membebani para pekerja di sektor IHT. Karena itu, seluruh mata rantai IHT berharap pemerintah membatalkan rencana kenaikan tarif CHT.

Baca juga : Paket Sembako Buruh Dari Kapolri Sampai Di Bekasi

Sementara Ketua Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM)-SPSI Sudarto mengungkapkan, dalam kurun 10 tahun terakhir, terjadi pengurangan rata-rata 6.088 pekerja per tahun di sektor ini.

"Kondisi ini semakin menambah kekhawatiran dan keresahan atas kepastian kelangsungan pekerjaan serta penurunan kesejahteraan yang sebenarnya telah terjadi setiap tahun," tegas Sudarto.

Sektor ritel dan koperasi pun turut terdampak akibat kenaikan CHT. Secara umum, kondisi ekonomi ritel belum pulih. Begitu pula dengan daya beli masyarakat yang masih terbatas. Rencana kenaikan tarif CHT, dijawab dengan reaksi menaikkan harga rokok di tingkat agen.

Baca juga : Heboh Gus Yaqut Cukup Sampai Di Sini

"Situasi lain yang menjadi tantangan adalah semakin maraknya rokok-rokok ilegal yang ada di peritel mikro, karena kebiasaan konsumen tentu akan mencari produk yang lebih murah atau terjangkau," ungkap Anang Zunaedi Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Koperasi dan Ritel Indonesia (Akrindo).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.