Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Kendati bergerak di bawah harga initial public offering (IPO), saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel masih mendapatkan rekomendasi beli oleh sejumlah analis pasar modal. Bukan hanya analis lokal, tetapi juga analis asing.
Apa alasannya? Rekomendasi tersebut dilandasi sejumlah keutamaan yang dimiliki Mitratel. Di antaranya, Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan memiliki 28.030 menara per 21 Agustus 2021.
Serangkaian akuisisi menara membawa rasio penyewa menjadi 1,57 kali pada 2021 dan akan naik menjadi 1,72 kali pada 2023. Selain itu, Mitratel beroperasi dalam industri menara yang terkonsolidasi dengan prospek pertumbuhan seluler yang kuat.
Baca juga : Telkom Sukseskan Gerakan Akselerasi Generasi Digital
Mitratel memberikan dasar yang kuat untuk percepatan pertumbuhan pendapatan multi pada 2021-2023. Mitratel memiliki strategi akses ke bisnis infrastruktur digital yang berkembang pesat di Indonesia.
Kresna Hutabarat dan Henry Tedja, analis pasar modal PT Mandiri Sekuritas, misalnya, merekomendasikan beli saham dengan target harga Rp 970 per saham. Terget tersebut 25 persen di atas harga penutupan saham Mitratel, Kamis (23/12) sebesar Rp 775 per saham.
Seperti Kresna dan Henry, Niko Margaronis, analis pasar modal PT BRI Danareksa Sekuritas juga mengemukakan, Mitratel merupakan pilihan paling menarik untuk operator jaringan seluler (MNO).
Baca juga : KY Rekomendasikan Sanksi terhadap 85 Hakim Yang Terbukti Langgar KEPPH
B2S dapat berasal dari Telkomsel (TSEL) dan kolokasi dari non-TSEL MNO di menara yang sebelumnya tidak dapat diakses. Rasio sewa masih besar sekitar 1,50 kali. Karena itu, Niko merekomendasikan beli saham emiten berkode MTEL dengan target harga Rp 1.040 per saham. Target tersebut lebih tinggi 34,1 persen ketimbang harga penutupan saham Mitratel pada Kamis (23/12) sebesar Rp 775 per saham.
Tim analis Morgan Stanley juga merekomendasikan beli saham Mitratel dengan target harga Rp 1.000 per saham. Target tersebut lebih tinggi 29 persen dibandingkan harga penutupan saham Mitratel, Kamis (23/12) sebesar Rp 775 per saham.
Menurut tim analis Morgan Stanley, rekomendasi itu didukung pertumbuhan organik. "Kami optimistis Mitratel dapat berkembang secara signifikan lebih cepat dari industri melalui pertumbuhan organik yang dihasilkan dari luar Jawa. Di mana operator seluler yang lebih kecil sekarang berkembang dan di mana Mitratel memiliki yang tertinggi pangsa pasar menara, sebesar 41 persen," tulis tim riset Morgan Stanley.
Baca juga : Gagal Pertahankan Gelar Juara MotoGP, Mir Legowo
Tidak ketinggalan, analis asing, Piyush Choudhary dan Rishabh Dhancholia, dari HSBC Global Research merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 1.120 per saham. Target tersebut lebih tinggi 44,5 persen ketimbang harga penutupan saham Mitratel, Kamis (23/12) sebesar Rp 775 per saham.
Menurut Piyush dan Rishabh, Mitratel terus menjajaki akuisisi menara. Dengan arus kas yang kuat serta pengalaman dalam melakukan akuisisi, membuat Mitratel berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan anorganik. "Kami memperkirakan Mitratel akan mengakuisisi 6 ribu menara lagi selama 2022-2023," kata kedua analis itu. [MEN]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya