Dark/Light Mode

Optimistis Hadapi 2022, Ini Strategi Akselerasi Pemulihan Ekonomi BRI

Minggu, 9 Januari 2022 18:57 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso. (Foto: Dok. BRI)
Direktur Utama BRI Sunarso. (Foto: Dok. BRI)

 Sebelumnya 
“Bagaimana kita melihat peluang ke depan? LDR kita berada di kisaran 83 persen sedangkan yang optimal, bahkan regulator memberikan batasan atas 92 persen, artinya BRI masih punya ruang yang cukup secara likuiditas untuk menumbuhkan kredit," ujarnya.

"Untuk itu, BRI masih punya kesempatan untuk tumbuh secara agresif ke depan, tentu agresif yang disertai dengan kehati-hatian,” tambah Sunarso.

Meski begitu, menurut Sunarso BRI telah mengantisipasi sejumlah tantangan bisnis utama pada tahun ini. Pertama, kondisi pengendalian Covid-19. Kemudian aset-aset itu kita kelola dengan sangat hati-hati, dengan prudential principal yang tinggi sehingga di tengah pandemi Covid-19.

"Di tahun lalu, kita berhasil melalui berbagai program restrukturisasi dan kemudian berbagai program, kita tetap tumbuh secara selektif,” kata Sunarso.

Baca juga : Hadapi 2022, BGRLI Siapkan Jurus-jurus Strategis

Kedua, pihaknya memitigasi adanya efek dari arah kebijakan moneter global mau pun dari dalam negeri. The Federal Reserve (The Fed) telah memulai proses tapering off sejak November 2021 semakin membuka peluang bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk mengerek Kembali suku bunga acuannya.

BI akan merespon arah kebijakan moneter AS dengan ikut mengerek suku bunga acuan pada 2022. Prediksi BRI, suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) akan dikerek BI dari posisi saat ini yang sebesar 3,50 persen menjadi 4,25-4,50 persen.

Di 2022, BRI akan terus melanjutkan journey transformasi BRIvolution 2.0 untuk menuju aspirasi utama untuk menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia dan Champion of Financial Inclusion di tahun 2025.

Strategi BRI di tahun ini akan berfokus pada menjaga fundamental perusahaan agar bisnis dapat tumbuh sehat dan berkelanjutan.

Baca juga : Pemulihan Ekonomi Diramal Lebih Ngebut

Dalam penyaluran kredit, BRI menerapkan selective growth, dengan memanfaatkan stimulus pemerintah, serta melakukan eksplorasi sumber pertumbuhan baru. Di antaranya optimalisasi sinergi ultra mikro.

Meski masih diliputi pandemi Covid-19, BRI berhasil melewati 2021 dengan kinerja yang prima. BRI memantik pemulihan ekonomi di segmen ultra mikro dengan melakukan proses pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro pada tahun lalu.

Seperti diketahui, dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro, tahun lalu BRI telah melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Rights Issue dalam rangka pembentukan ekosistem ultra mikro.

Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp 95,9 triliun, yang terdiri dari Rp 54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai pemerintah berupa inbreng saham Pegadaian dan PNM, Rp 41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik.

Baca juga : Masuki 2022, Ini Tantangan Sektor IKM

Pencapaian tersebut menjadikan Rights Issue BRI menorehkan sejarah sebagai Rights Issue terbesar di kawasan Asia Tenggara, menduduki peringkat ke-3 Rights Issue di Asia dan nomor 7 di seluruh Dunia.

Pembentukan holding Ultra Mikro tersebut semakin memperkuat sinergi BRI dengan perusahaan anak, sehingga hal tersebut akan menciptakan spreading risk yang optimal serta diversifikasi income BRI Group. Geliat aksi korporasi dan kinerja keuangan BRI pada tahun lalu pun mendapatkan apresiasi dari berbagai stakeholder. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.