Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Jokowi: Partneran Nggak Apa-apa, Yang Penting Pabriknya Ada Di Sini
Senin, 17 Januari 2022 13:23 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi menegaskan, pandemi Covid-19 tidak boleh menghentikan transformasi besar yang sedang kita lakukan.
Sebab saat ini, kita sedang mempercepat transformasi ekonomi, menuju ke sebuah ekonomi yang memiliki nilai tambah yang tinggi.
"Sudah berapa ratus tahun, kita kirim bahan mentah ke luar negeri. Utamanya, ke Eropa. Sejak zaman VOC, yang kita kirim selalu bahan mentah. Yang selalu kita kirim selalu raw material. Oleh sebab itu, sejak 2020 saya sampaikan, nggak bisa kita terus-teruskan, stop! Ekspor nikel kita stop. Bahan mentah nikel stop. Harus diproduksi di negara kita sendiri, untuk hasil akhir barang jadi maupun barang setengah jadi. Jangan bahan mentah, jangan raw material," papar Jokowi dalam Dies Natalis ke-67 Universitas Parahyangan Bandung, Jawa Barat, Senin (17/1).
Kebijakan serupa juga akan dijalankan Jokowi pada akhir tahun ini. Ekspor mentah bauksit akan dihentikan. Tahun depan lagi, giliran ekspor bahan mentah tembaga yang distop.
Baca juga : Kawal Inpres Jokowi, Perindo Dukung Pengembangan Sepak Bola Nasional
Jokowi ingin, nilai tambah ada di Tanah Air. Sehingga, selain memberikan penerimaan negara yang semakin besar berupa pajak, royalti, dan penerimaan negara bukan pajak, juga bisa membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya untuk masyarakat Indonesia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun memberikan contoh nikel. Tujuh tahun lalu, ketika yang diekspor hanya berbentuk raw material, hasilnya hanya sekitar 1 miliar dolar AS. Atau kira-kira setara Rp14-15 triliun.
Tapi, begitu pemerintah melarang ekspor raw material dan harus diproduksi di dalam negeri, ekspor RI untuk besi-baja, (besi-baja dari nikel) menghasilkan 20,8 miliar dolar AS atau Rp 300 triliun.
"Dari Rp 15 triliun, melompat menjadi Rp 300 triliun dan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak sekali. Padahal kita tidak hanya memiliki nikel. Kita memiliki tembaga. Kita memiliki bauksit. Kita memiliki timah. Kita memiliki emas. Semuanya ada. Jangan itu dikirim dalam bentuk raw material lagi, dalam bentuk bahan mentah lagi. Stop," tegas Jokowi.
Baca juga : Hakim Tolak Permohonan JC Robin Yang Singgung Peran Lili Pintauli
Perkara disemprot negara lain, Jokowi tidak mempersoalkan. Sebab, kebijakan ini dijalankan demi kepentingan rakyat.
"Awal-awal, memang kita disemprot oleh negara-negara lain. Nggak apa-apa kalau hanya disemprot. Kita diam dibawa ke WTO. Nggak apa-apa kita dibawa ke WTO. Kita punya argumentasi juga, bahwa kita ingin membuka lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya untuk rakyat kita," beber Jokowi.
Saat ini, perkara di WTO masih dalam proses. Belum tahu bakal menang, atau kalah. Tapi yang jelas, Jokowi tak akan mencabut larangan ekspor bahan mentah. Stop bauksit tetap jalan, stop tembaga tetap jalan.
Jokowi juga menekankan pentingnya memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, untuk mendapatkan nilai tambah.
Baca juga : Ketua Dewan Pertimbangan NasDem Jabar Rajiv Minta Kadernya Kedepankan Politik Santun
"Kalau kita belum punya teknologinya, nggak apa-apa. Partneran dengan negara lain, nggak apa-apa. Yang penting, industrinya ada di sini, pabriknya ada di sini. Karena sekali lagi, sekarang bukan eranya lagi menjual bahan mentah. Kita harus melakukan hilirisasi industri. Kita harus memaksimalkan nilai tambah kekayaan alam yang kita miliki," jelas Jokowi.
"Bayangkan, kalau nikel yang jadi besi-baja saja bisa melompat menjadi Rp 300-an triliun, itu nggak tahu mungkin baru satu atau dua turunan. Nanti, kalau turunannya sampai ke-10, ke-11, ke-12, nilai tambahnya berapa. Bauksit juga begitu. Saya kalkulasi, kira-kira juga hampir sama," tandasnya.[HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya