Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Produksi Cabe dan Bawang Merah Pasca-Lebaran Tetap Aman

Senin, 17 Juni 2019 14:47 WIB
Aneka macam cabe (Foto: Humas Kementan)
Aneka macam cabe (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan, ketersediaan aneka cabe aman. Salah satu indikatornya, Jawa Timur sebagai sentra produksi budidaya si pedas tersebut terpantau sedang melimpah karena petani sedang panen. Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi menegaskan, di lapangan produksi cabe secara nasional memadai. Hingga saat ini, panen masih terus berlangsung di sentra produksi, bahkan di Jawa Timur berlimpah. 

"Bulan Juni ini saja secara nasional kita surplus banyak. Cabe merah surplus sampai 36 ribu ton dari kebutuhan 65 ribu ton. Produksinya sampai 101 ribu ton. Untuk rawit merah kita surplus sampai 37 ribu ton dari kebutuhan 77 ribu ton. Produksinya sampai 115 ribu ton," kata Suwandi, di Jakarta, Senin (17/6).

Oleh karena itu, Suwandi menekankan kalau memang kekurangan produksi, harga sudah mahal terus sejak sebelum Ramadan kemarin hingga saat ini. Bahkan Lebaran bisa melambung tidak terkontrol harganya. "Tapi faktanya harga cabe secara nasional normal. Pertanaman dan tata niaganya telah diatur sehingga ketersediaan dan harga cabe aman," ujarnya.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab menambahkan, pihaknya telah mengawal ketat pengaturan pola tanam cabe di semua daerah terutama sentra produksi. Ketersediaan produksi cabe untuk Lebaran ini sudah diatur sedemikain rupa 4 bulan kebelakang. 

Baca juga : Produksi Cabe di Jatim Melimpah 

"Jadi kita sudah prognosakan, kebutuhan nasional butuh berapa ton, terus kita proyeksikan, harus ada pertanaman berapa hektar 3 sampai 4 bulan sebelumnya," katanya.

Ismail menjelaskan kalau bulan Juni 2019 ini prognosa produksi cabe merah 115 ribu ton, maka harus ada cabe yang ditanam seluas 43 ribu ha periode Januari sampai April. Cabe rawit merah pun seperti itu, yakni kalau bulan Juni prognosa produksi 101ribu ton, maka harus ada yang ditanam seluas sekitar 38 ribu hektare periode Januari sampai April. 

"Cabe kan bisa dipanen berulang. Itulah cara kami menstabilkan pasokan. Padahal secara kebutuhan jauh dibawah prognosa produksi. Jadi tidak ada kekurangan produksi karena tidak ada pertanaman untuk dipanen," jelasnya.

Faktanya, sebut Ismail, dalam dua bulan terakhir ini yaitu Mei-Juni 2019, rata-rata pasokan cabe yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) yaitu cabe merah keriting 22 ton per hari dan cabe rawit merah 34 ton per hari. Kemudian pasokan bawang merah pun aman yakni mencapai 50 ton per hari. Dan hari ini tanggal 17 Juni 2019 pasokan cabe merah masuk ke PIKJ, cabai merah besar 5 ton per hari, cabe merah keriting 35 ton per hari, cabe rawit merah 59 per hektare, dan 16 ton per hari cabe rawit hijau. Begitu pun pasokan bawang merah sangat memadai kebutuhan yakni 66 ton per hari.

Baca juga : Lebaran Berlalu, Harga dan Pasokan Bawang Merah Kembali Normal

"Jumlah pasokan tersebut meningkat dari biasanya. Terpantau beberapa hari terakhir ini bahwa pasokan cabe dan bawang merah stabil dan tidak terjadi penurunan dalam jumlah yang berarti," ucapnya.

"Pasokan cabe di PIKJ sebagai konsumsi untuk warga DKI Jakarta dan sekitarnya, pasokan selalu stabil berkat upaya Pemerintah salah satunya yaitu sudah terlaksananya penambahan sentra sentra wilayah produksi cabe dan bawang merah yang menyebar di seluruh pulau Indonesia," pinta Ismail.

Juhara, salah seorang champion cabe asal Bandung menuturkan bahwa daerahnya sebagai salah satu buffer zone cabe jabodetabek terus ada panenan. Pola Tanam Nasional diatur oleh Ditjen Hortikultura, petani yang eksekusi di lapangan. 

"Jadi tidak ada masa produksi yang terputus. Baik off season maupun musim tanam secara umum. Kami champion koordinasi aktif dengan dinas dan penyuluh pertanian lapangan," katanya.

Baca juga : ABK Indonesia Bahagia Berlebaran di Helsinki

Juhara menegaskan hal ini dapat dicek di lapangan, di mana Bandung selalu ada pertanaman cabe. Jadi kebiasaan petani harus bisa rubah, jangan giliran harga bagus baru ramai ramai tanam. Kalau pertanaman sudah diatur, harga juga akan stabil, karena pasokannya juga stabil. 

"Hari ini cabe keriting tingkat petani sekitar Rp 18 ribu per kilogram. Kalau rawit merah sekitar Rp 10 ribu per kilogram," akuinya.

Hal senada disampiakan Suyono, Ketua Paguyuban Petani Cabe Indonesia Kabupaten Kediri. Ia mengatakan menjaga stabilisasi pasokan kuncinya ada di kepatuhan dalam pelaksaan Manajemen Pola Tanam Cabe. Sudah tiga tahun petani berusaha keras menjaga pola tanam yang sudah diatur Ditjen Hortikultura. 

"Alhamdulillah, hasilnya sangat memuaskan. Konsumen bisa memperoleh cabai dengan harga yang bersahabat, petani juga bisa menikmati keuntungan. Bahkan saat ini panenan cabai di Jawa Timur melimpah," sebutnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.