Dark/Light Mode

Produksi Cabe di Jatim Melimpah 

Sabtu, 15 Juni 2019 11:06 WIB
Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi (dua dari kanan) saat meninjau ladang cabe di Jatim (Foto: Humas Kementan)
Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi (dua dari kanan) saat meninjau ladang cabe di Jatim (Foto: Humas Kementan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Produksi cabe di Jawa Timur (Jatim) saat ini melimpah, karena panen sedang melangsungkan panen. Di antaranya Kabupaten Kediri, Blitar, Malang, Tuban, Banyuwangi dan Mojokerto sebagai sentra produksi cabe.

Ketua Paguyuban Petani Cabai Indonesia Kediri Suyono mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian yang mendorong petani menanam cabe dan guna terbentuknya daerah sentra produksi cabe, khususnya di Jatim. Karena itu, untuk menjamin harga, para petani berharap Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan Permendag harga acuan cabe di tingkat petani.

"Produksi terbesar cabe keriting saat ini ada di Kabupaten Blitar dengan produksi rata-rata 250 ton per hari. Selanjutnya dalam dua minggu ke depan Banyuwangi produksinya akan mencapai 130 ton per hari," ungkap Suyono, di Kediri, Sabtu (15/6).

Baca juga : Industri Manufaktur Kian Menggeliat

Namun, Suyono menyayangkan di tengah terjadi panen itu harga cabe tidak bersahabat. Beberapa cabe harus dibongkar sebelum waktunya karena harga anjlok sementara biasa perawatan lebih mahal.

"Kediri, Mojokerto,Tuban dan Lamongan saat ini sudah banyak yang bongkar sebelum masanya dan diganti tanaman lain karena harga anjlok," ungkap Suyono.

Lebih lanjut, Suyono membeberkan bahwa Kemendag sudah menunjuk BUMN untuk membeli produksi petani saat harga jatuh, namun belum bergerak. "Selama ini sudah dibuatkan harga acuan, tetapi BUMN tidak bergerak sama sekali," ungkap Suyono.

Baca juga : Lebaran, Puncak Konsumsi LPG di Jatim Naik Sampai 21 Persen

Beberapa tahun silam, Kemendag mengeluarkan Permendag 63 tahun 2016 yang ditunjuk sebagai penyangga Bulog, sekarang diganti Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang didirikan Kementerian BUMN.

"Setahu saya, PPI didirikan untuk menangani impor dan pendistribusian barang-barang berbahaya, apakah mampu PPI sebagai penyangga cabe saat harga jatuh? Itu yang menjadi beban saya. Sekarang harga cabe jatuh, PPI tidak bertindakan apa-apa," tegasnya.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Kementan Yasid Taufiq menyebut, pergerakan harga cabe selama puasa dan pascalebaran tahun ini hingga saat ini masih dalam batas aman terkendali. Dengan demikian, tidak ada gejolak harga yang berarti, semuanya masih wajar dan normal. 

Baca juga : Baby HUKI Produksi Botol Dan Dot Halal

Dari hasil pantauan harian di Pasar Induk Kramat Jati, pihaknya mencatat cabai rawit merah stabil di harga Rp 15.000 per kilogram dan harga eceran cabe rata-rata di 47 pasar tradisional se-DKI Jakarta juga menunjukkan tren stabil.

"Jika mengacu harga tahun lalu, harga cabai rawit merah tahun ini jauh lebih rendah. Secara umum harga aneka cabe sangat normal," jelasnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.