Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Harga Pertalite Tak Naik

Pertamina Harus Dapat Tambahan Dana Kompensasi

Sabtu, 12 Maret 2022 14:56 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

RM.id  Rakyat Merdeka - Keputusan Pemerintah menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan.

Langkah ini dinilai tepat untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah melambungnya sejumlah harga pangan akhir-akhir ini.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, apresiasi layak diberikan kepada Pemerintah karena masih menahan harga Pertalite.

Pasalnya, BBM jenis ini konsumsinya lebih dari 50 persen dari total konsumsi BBM nasional.

Baca juga : Lestari: Pelonggaran Harus Disikapi Dengan Bijak & Kreatif

“Untuk mengendalikan inflasi, ya dengan tidak menaikkan harga Pertalite ini. Hanya saja Pertamina sebagai badan usaha harus mendapatkan dana kompensasi tambahan dari pemerintah karena Pertalite bukan BBM Penugasan,” kata Bhima, Jumat (11/03/2022).

Menurut dia, untuk BBM jenis non-subsidi seperti Pertalite tinggal alokasikan saja dana kompensasi melalui skema APBN. Dana kompensasi itu bisa diperoleh dari windfall atau keuntungan booming-nya harga komoditas.

Bhima menambahkan, sejauh ini berdasarkan kajiannya, ketika harga minyak mentah mencapai diatas 127 dolar AS per barel, ada tambahan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan pendapatan negata bukan pajak (PNBP) sebesar Rp192 triliun.

“Pendapatan (negara) kan langsung naik, jadi APBN punya ruang untuk menahan kenaikan harga Pertalite. Bahkan Pertamax juga bisa ditahan kenaikan harganya, meski harga minyak mentah sedang liar,” kata dia.

Baca juga : Bocah Nyelinap Naik Pesawat Tanpa Tiket

Kendati demikian, jika Pemerintah merasa kesulitan menambal selisih harga keekonomian dan harga jual BBM, bisa dilakukan dengan realokasi dari dana infrastruktur.

“Antara pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) dan jaga stabilitas harga di masyarakat pastinya lebih prioritas jaga stabilitas harga kan,” ujarnya.

Menurut Bhima, saat ini harga keekonomian Pertalite diperkirakan di atas Rp 11.500 per liternya. Jika dijual di harga Rp 7.650 per liter, Pertamina harus menanggung selisih Rp 3.850 per liternya.

Kendati harga minyak dunia terus mengalami kenaikan, BBM jenis Pertalite yang mayoritas dikonsumsi masyarakat memang masih dijual dengan harga lama.

Baca juga : PAN Tak Merasa Gundah Gulana

Pertamina selaku badan usaha hanya menaikkan harga tiga BBM jenis yakni Pertamina Turbo, Pertadex dan Dexlite pada pekan lalu sebagai respons atas melonjaknya harga minyak dunia yang di akhir pekan ini 109 dolar AS per barel, setelah sempat melonjak hingga 126 dolar AS per barel.

Melihat kondisi ini Presiden Joko Widodo turut merespons dengan menanyakan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, ikhwal masih ditahannya harga BBM kendati sejumlah negara sudah menaikkan harga jual BBM.

"Tahun 2020 harga minyak 60 dolar AS per barel, sekarang sudah 115 dolar AS per barel. Dua kali lipat. Harga jual BBM semua negara sudah naik. Kita di sini masih tahan tahan. Saya tanya bu menteri (Menkeu), tahannya sampai berapa hari ini?," ungkap Presiden dalam peringatan HUT UNS ke 46, yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (11/3). [FAZ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.