Dark/Light Mode

Menteri ESDM Happy Bank BUMN Bantu Pembiayaan Proyek Smelter

Kamis, 7 April 2022 11:53 WIB
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyaksikan Penandatangan Perjanjian Pembiayaan Proyek Smelter Pertama oleh Perbankan Nasional, Rabu (6/4)
Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyaksikan Penandatangan Perjanjian Pembiayaan Proyek Smelter Pertama oleh Perbankan Nasional, Rabu (6/4)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah melalui kementerian ESDM mendorong perbankan nasional memberikan pembiayaan smelter untuk perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Hal itu dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat menyaksikan Penandatanganan Perjanjian Kredit Sindikasi Fasilitas Term Loan Pembiayaan Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Laterit dengan Teknologi Refinery Kiln Electric Furnace (RKEF) 1x72 MVA PT Ceria Metalindo Prima dengan Sindikasi Bank Nasional yang dipimpin oleh Bank Mandiri, dengan anggota Bank Jawa Barat Banten (BJB) dan Bank Sulawesi Selatan Barat (Bank Sulselbar).

"Pemerintah maupun UU Minerba mengharuskan untuk mengolah sumber daya alam mineral kita untuk menjadi produk-produk turunan yang mempunyai nilai tambah. Selama ini memang kita kehilangan kesempatan memperoleh nilai tambah karena banyak hal, terkait dengan teknologi dan pendanaan yang tersedia. Akibatnya, kita selalu menjual material mineral sumber daya alam dalam bentuk mentahan," ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (6/4)

Menurutnya, proses hilirisasi mineral telah menunjukkan satu perubahan dan memberikan nilai yang nyata. Contohnya, beberapa tahun yang lalu, pemasukan dari hasil minerba hanya jutaan dolar.

"Tahun lalu, kita bisa tembus di atas 20 juta dolar amerika dari hasil pengolahan ini. Ini tentu bukan akhir, namun adalah permulaan di mana kita memulai era baru, bagaimana kita bisa mengolah bahan-bahan baku kita untuk memberikan nilai tambah," imbuhnya.

Baca juga : Wamendag: Kripto Bukan Alat Pembayaran, Tapi Aset Komoditas

Sebagaimana diketahui, potensi nikel di Indonesia adalah 23 persen dari potensi nikel dunia. Hal tersebut, memberikan peluang yang besar bagi industri nikel yang merupakan bahan material konstruksi.

"Karena nikel juga dipakai untuk material konstruksi. Industri baja adalah industri kunci untuk bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, karena baja inilah yang mendukung proyek-proyek infrastruktur dan infrastruktur yang mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi," tutur Arifin.

Kementerian ESDM, tambah Arifin, memiliki visi untuk mendorong dan mempercepat proses hilirisasi. Penyelesaian sejumlah proyek hilirisasi tengah didorong agar dapat selesai pada waktu yang ditentukan, meski saat ini masih diberikan relaksasi. 

Arifin pun mengapresiasi Bank Mandiri dan anggota Sindikasi Bank Nasional yang telah mendukung visi Kementerian ESDM. "Inisiatif yang timbul dari Kementerian ESDM adalah bagaimana caranya mendorong proyek-proyek smelter agar segera diselesaikan. Masih ada 12 smelter lagi yang harus kita dorong," ungkapnya 

Arifin juga menegaskan agar PLN sebagai penyedia listrik sebesar 300 Megawatt (MW) untuk tahap pertama dan 700 MW lainnya untuk selanjutnya, dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, tanpa 'kedip'. 

Baca juga : Penuhi Permintaan Pasar, Pemerintah Harus Berdayakan Produk Dalam Negeri

Selain itu, Arifin juga meminta Wijaya Karya dan PP dapat melaksanakan porsi pekerjaan sebaik mungkin, sehingga proyek ini bisa selesai tepat waktu. "Ketepatan waktu ini sangat penting, karena ini juga mempunyai pengaruh yang banyak terhadap pembiayaan dan juga terhadap pemasaran," tambahnya.

Pada kesempatan g sama, Direktur Utama PT Ceria Metalindo Prima (CMP) Derian Sakmiwata mengatakan,  bahwa PT CMP akan membangun empat line RKEF sebesar 72 MVA dengan total produksi pertahun sebesar 252 ribu ton feronikel di kadar 22 persen. 

Selain itu, juga akan dibangun pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) dengan total produksi sebesar 103 ribu ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) pertahun dengan kandungan 39 persen nikel dan 4 persen kobalt. "Dengan total investasi keseluruhan USD 2,2 miliar, dimulai bertahap, dimulai dengan agenda hari ini. Total tenaga kerja yang akan terserap jika semua proyek berjalan adalah 5.000 orang," jelasnya.

Derian juga berterima kasih kepada Kementerian ESDM atas seluruh dukungan, termasuk promosi melalui market sounding kepada investor dan pemberian status Proyek Strategis Nasional (PSN) dilanjutkan Objek Vital Nasional (Obvitnas) untuk proyek smelter yang tengah dikembangkan.

"Terima kasih atas dukungan Kementerian ESDM sehingga  kami bisa tumbuh dan berkembang seperti sekarang ini. Kami juga diberikan kesempatan untuk mendapatkan gelar sebagai PSN dilanjutkan Obvitnas," ucapnya.

Baca juga : Menteri ESDM: Indonesia, Pioneer Pemanfaatan Biodiesel

Sementara Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi menyebutkan bahwa nilai pembiayaan secara sindikasi yang diperjanjikan adalah sebesar USD 277.690.000, berupa fasilitas term loan untuk mendukung pembangunan dan operasional pabrik smelter feronikel RKEF line 1 di Desa Lapaopao, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

"Pembangunan line smelter feronikel dengan kapasitas 23 ribu ton per tahun ini diharapkan akan memberikan multiplier effect dari sisi pembangunan infrastruktur, pembangunan ekonomi dan investasi, maupun membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat di kolaka dan sulawesi tenggara, serta menjadi milestone tersendiri bagi PT CNI sebagai produsen nikel lokal yang pertama di Indonesia," pungkas Darmawan [KPJ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.