Dark/Light Mode

Dewan Energi Nasional Dukung Indonesia Menuju Net Zero Emission Pada 2060

Kamis, 2 Juni 2022 15:35 WIB
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dari kalangan industri Satya Widya Yudha. (Foto: Antara)
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dari kalangan industri Satya Widya Yudha. (Foto: Antara)

 Sebelumnya 
Menurutnya strategi dekarbonisasi sektor energinya adalah meningkatkan implementasi program yang komprehensif dan efektif sesuai target Paris Agreement, mempercepat teknologi inovatif, memobilisasi pembiayaan yang cukup untuk melaksanakan program-program pemerintah, serta menerapkan kebijakan seperti UU EBT, Perpres tentang Harga Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Berbasis EBT oleh PT PLN, UU 7/2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan termasuk pajak karbon, dan Perpres 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon.

Selain itu, melaksanakan rencana aksi mitigasi di sektor energi dengan target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 314,03 juta ton CO2 pada 2030, yang 29 persennya dengan usaha sendiri, melalui penggunaan energi terbarukan (170,4 juta ton CO2), konservasi energi (96,3 juta ton CO2), pembangkit energi bersih (31,8 juta ton CO2), peralihan bahan bakar (10,02 juta ton CO2), dan reklamasi pascatambang (5,46 juta ton dari CO2), serta meningkatkan target penurunan emisi gas rumah kaca.

"Tindakan mitigasi potensial lainnya adalah pengurangan industri gas, zero flaring and venting, implementasi CCS dan CCUS, serta peningkatan kendaraan listrik," ujar Satya.

Baca juga : Demi Ketahanan Pangan Nasional, Mentan Dukung Pasokan Pupuk Indonesia

Ia juga menjelaskan faktor-faktor keberhasilan pengembangan ekosistem industri baterai antara lain perlu segera dilakukan optimalisasi keterpaduan pemanfaatan sumber daya dan cadangan mineral yakni litium, nikel, kobalt, mangan, dan aluminium, serta logam tanah jarang seperti monasit dan grafit, termasuk peningkatan nilai tambah dan sisanya diolah secara berkelanjutan.

Menurutnya pengembangan tersebut untuk mendukung industri baterai dalam negeri. Penguasaan teknologi misalnya Contemporary Amperex Technology Ltd dan Build Your Dreams Co Ltd, dalam rantai nilai industri baterai dari pemrosesan nikel, bahan prekursor dan katoda, hingga sel baterai, kemasan, sistem penyimpanan energi, dan daur ulang untuk inovasi pasar domestik dan Asia Tenggara.

Untuk itu, upaya yang perlu dilakukan antara lain segera menentukan jenis baterai yang akan dikembangkan yang menyangkut kriteria pemilihan seperti densitas energi, biaya produksi, potensi kapasitas sumber daya, dan aspek keselamatan.

Baca juga : Bangun Pabrik Keramik, Trust Trading Indonesia Investasi Rp 1,2 T

Selain itu untuk penguatan aspek penelitian dan pengembangan seperti teknologi transfer dan alokasi dana penelitian yang cukup besar; dan dukungan pemerintah untuk menciptakan captive market seperti pembatasan produsen baterai luar negeri dan insentif untuk industri manufaktur kendaraan listrik yang menggunakan baterai dalam negeri.

Satya juga menegaskan komitmen Kadin sebagai Net Zero Organization 2060 dengan telah diluncurkannya Kadin Net Zero Hub.

"Kadin Net Zero Hub menjadi nukleus gerakan net zero bagi sektor usaha di Indonesia. Adapun langkah-langkah Kadin Net Zero Hub ini adalah komitmen, prapenilaian, kelompok kerja, pelatihan dengan pendekatan SBTi (science based targets initiative), dan persiapan peta jalan net zero emission," ujar Satya..■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.