Dark/Light Mode

Konservasi Alam Di Asia Tenggara Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Jumat, 24 Juni 2022 13:24 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki Asia Tenggara dapat menarik dana sebesar 2,19 triliun dolar AS untuk peningkatan ekonomi di kawasan tersebut.

Bahkan, dana yang didapat bisa lebih besar lagi jika negara-negara di kawasan ini memprioritaskan konservasi dan restorasi.

Hal tersebut terungkap berdasarkan studi terbaru yang dilakukan di seluruh wilayah ASEAN dari Academy of Sciences Malaysia.

Academy of Sciences Malaysia Dr. Helen Nair mengatakan, hasil ini merupakan laporan terlengkap. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan alam di kawasan ini saling terkait.

"Bahwa konservasi bisa menjadi dasar bagi aktivitas ekonomi di kawasan yang menghasilkan kekayaan, lapangan pekerjaan, serta keamanan pangan," kata Helen Nair dalam keterangan persnya di Jakarta, dikutip Jumat (24/6).

Studi yang bertajuk "The Nexus of Biodiversity Conservation and Sustainable Socioeconomic Development in Southeast Asia" ini memberikan argumentasinya. 

Yakni, seiring bertambahnya penduduk serta kebutuhan akan pembangunan, kawasan ASEAN tidak mesti mengikuti arah dari negara-negara kaya G7 yang menghabiskan modal nasional serta membangun ekonomi mereka.

Para pemimpin di kawasan ini perlu memperhatikan hasil badan penelitian yang menunjukkan bahwa negara-negara dapat dan harus mencapai pertumbuhan ekonomi. Serta menciptakan lapangan pekerjaan.

Baca juga : PKN STAN Dirikan SDGs Desa Center Pertama Di Indonesia

Menurut laporan ini, keanekaragaman hayati yang kaya dan luas di Asia Tenggara dapat menempatkan kawasan ini menjadi sebuah contoh tentang bagaimana memperoleh dan mengambil nilai dari alam.

"Asia Tenggara memiliki kesempatan yang unik untuk melakukan riset, teknologi, dan kolaborasi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berdasarkan alam," tuturnya. 

Studi ini mengungkapkan bagaimana perlindungan alam telah berhasil mendongkrak pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Serta memberi nilai tambah bagi masyarakat setempat.

Studi ini di antaranya, Proyek Rimba Raya Biodiversity Reserve di Indonesia yang merupakan contoh keberhasilan dari solusi iklim berbasis alam.

Proyek ini merupakan proyek REDD+ terbesar di dunia, yang berhasil menghambat deforestasi 65 ribu hektar hutan yang awalnya akan diubah menjadi perkebunan sawit.

Sebagai proyek kredit karbon terkemuka di dunia, pendapatan yang dihasilkan telah berkontribusi bagi keamanan pangan, peluang pendapatan, perawatan kesehatan, dan pendidikan bagi masyarakat setempat.

Lalu the Mt. Kitanglad Range Natural Park (MKRNP) di Filipina merupakan juga tanah asal leluhur tiga suku adat, yakni suku Higaonon, Talaandig, dan Bukidnon.

Kelompok adat ini berperan aktif dalam Dewan Pengelolaan Kawasan Lindung atau Protected Area Management Board (PAMB) dari taman ini, yang berhasil mengurangi aktivitas ilegal serta pelanggaran serta perluasan ekowisata di taman ini.

Baca juga : Indonesia Peringkat 1 Transparansi Anggaran Di Asia Tenggara

Lalu prakarsa di Tun Mustapha Park (TMP) di Malaysia, yaitu taman laut seluas 898.763 hektar--taman laut terbesar di negara ini serta area lindung laut multiguna terbesar ini mencoba melestarikan keanekaragaman hayati, melindungi spesies langka, dan mengembangkan perikanan lokal.

Serta, mengurangi kemiskinan bagi penduduk pesisir yang berpenduduk 85.000 orang. Taman ini menaungi 250 spesies terumbu karang, 400 spesies ikan, serta berbagai spesies yang terancam punah, seperti ikan duyung, berang-berang, paus bungkuk, dan penyu.

Sebuah proyek yang berhasil di di Laos dan Vietnam yang berupaya melindungi 200.000 hektar hutan di sepanjang deretan pegunungan Annam dari aktivitas ilegal, mendorong pengelolaan sumber daya hutan berkelanjutan, dan melestarikan spesies unik serta keanekaragaman hayati.

Proyek ini juga bertujuan untuk mengurangi emisi karbondioksida sebesar 1,8 juta ton dalam waktu lima tahun. Untuk memulihkan hutan bakau yang terdegradasi, sumber pangan penting, seperti madu dan kepiting, masyarakat setempat di Thailand mengkampanyekan larangan pembalakan komersial dari hutan bakaunya.

Penerbitan makalah ini dilakukan bersamaan dengan berbagai negara di seluruh dunia, termasuk semua negara anggota ASEAN, menegosiasikan strategi global untuk melestarikan alam melalui Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati atau United Nations Convention on Biological Diversity (CBD).

Unsur inti dari strategi global yang berkembang adalah usulan berbasis sains untuk melindungi atau melestarikan sekurangnya 30 persen dari tanah dan samudera planet ini di tahun 2030, yang dikenal sebagai 30x30.

Makalah terbaru ini menemukan bahwa dengan mendukung target global 30x30 global serta investasi lebih lanjut dalam perluasan dan peningkatan area perlindungan dan pelestarian di kawasan ini bisa menjadi sebuah strategi pembangunan, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi sosial yang efektif.

Untuk mencapai tujuan ini, makalah ini mengusulkan agar semua negara anggota ASEAN mendukung target global 30x30 di dalam negosiasi CBD.

Baca juga : Keran Ekspor Dibuka, NSS Tetap Utamakan Kebutuhan Domestik

Negara-negara ASEAN juga diminta mengimplementasikan di tingkat nasional, suatu pendekatan yang lebih menyeluruh pada pembangunan ekonomi berbasis alam yang dicirikan dengan “pengampu 8i”. Yakni, infrastruktur, info-struktur, modal intelektual, sistem integritas, insentif, institusi, interaksi, dan internasionalisasi.

Dana yang dibutuhkan diusulkan melalui berbagai insentif ekonomi dan keuangan bagi pelestarian keanekaragaman hayati, termasuk ASEAN Biodiversity Conservation Sovereign Fund.

"Untuk mendukung pendekatan ini, pemerintah perlu menciptakan kemitraan baru yang efektif di seluruh sektor serta memanfaatkan sepenuhnya data ilmiah dan teknologi terbaik," katanya.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup Indonesia, Komite Pengarah Global, Campaign for Nature, Dr. Emil Salim mengatakan, laporan ini memberi kejelasan bahwa Asia Tenggara merupakan suatu harta karun yang kaya dengan keanekaragaman hayati yang tidak ada bandingannya di atas bumi ini.

"Jelas bahwa para pemimpin di kawasan ini dapat menggunakan keanekaragaman hayati ini sebagai keunggulan ekonominya," tutur Emil. 

Asia Tenggara memiliki penduduk yang terus bertambah, serta semakin menekan sumber daya alam yang melimpah di kawasan ini. Negara harus mampu membuat perlindungan alam menjadi landasan bagi keberhasilan strategi ekonomi.

"Kawasan ASEAN dapat dan harus menjadi contoh bagi negara-negara lainnya di dunia dalam hal menumbuhkan ekonomi secara berkelanjutan," tandasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.