Dark/Light Mode

Membanggakan, Startup Lokal Kuasai Indonesia

Rabu, 10 Juli 2019 16:05 WIB
Semuel Abrijani Pangerapan (Foto: Kominfo.go.id)
Semuel Abrijani Pangerapan (Foto: Kominfo.go.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Empat layanan digital karya merah putih menjadi layanan berbasis online paling favorit pilihan milenial. Sebuah pencapaian positif bagi Indonesia sebagai pasar besar sehingga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri pada era digital saat ini.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, mengatakan satu kebanggaan e-Commerce dalam negeri bisa menguasai pasar Indonesia. ”Meskipun untuk saat ini kita tidak bisa yang namanya antiimpor. Harus siap dulu di dalam negeri. Itu yang harus diseimbangkan,” kata dia dalam seminar ‘e-Commerce Kita jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri’, di Jakarta, Selasa (9/7).

Semuel sepakat bahwa Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri pada era digital. Harapannya, beragam produk lokal yang bisa diperkuat dan menjadi keunggulan Indonesia bisa terserap dan bahkan mendunia.

”Kesenian, kerajinan, itu kekuatan Indonesia yang mungkin nggak ada di Negara lain. Jadi ini kita dorong. Jadi kita punya product unique-nya. E-Commerce ini harusnya jadi bapak-bapak asuh bagi para perajin dan produsen yang tidak ditemukan di tempat lain. Jadi marketnya akan sangat luas,” pintanya.

CEO dan Founder Alvara Research, Hassanudin Ali, mengatakan bahwa aplikasi-aplikasi asal Indonesia menjadi pemimpin di kategori masing-masing. Kecuali pada kategori online shopping. "Walaupun nilainya aplikator Indonesia tidak jauh-jauh amat dibandingkan pemain global,” ucapnya di tempat yang sama.

Baca juga : Gibran Targetkan Buka 100 Gerai Goola di Indonesia

Kata Hasan, pentingnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri juga tidak terlepas dari besarnya potensi Indonesia saat ini dan masa mendatang. ”Momentum dimana para milenial yang notabene digital natives untuk lebih memilih aplikasi e-commerce buatan Indonesia harus dijaga supaya Indonesia bisa menjadi pemain utama di era ekonomi digital tidak hanya menjadi pasar,” paparnya.

Transaksi e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai 130 miliar dolar AS atau setara Rp 1.700 triliun pada 2020. Jauh lebih besar dibandingkan pada 2016 yang sekitar 20 miliar dolar AS (Rp 261 triliun) pada 2013 yang baru sekitar 8 miliar dolar AS (Rp 104 triliun).

Dominasi aplikator Indonesia di negeri sendiri merupakan hasil penelitian berjudul ‘Perilaku dan Preferensi Konsumen Milenial Indonesia terhadap Aplikasi e-Commerce 2019’ oleh Alvara Research Center. Penelitian itu menghasilkan lima kategori mobile e-commerce yang paling diminati para kaum muda. Terdiri atas layanan transportasi, pesan antar makanan, pemesanan hotel dan tiket, dan pembayaran. 

”Sejak 2012, kami sudah mulai mengamati generasi milenial karena BPS (Biro Pusat Statistik) 2010 yang dirilis 2011 ada tren pergeseran demografi Indonesia yang luar biasa. Trennya, tahun 2020 generasi milenial jumlahnya 34 persen (dari total populasi),” terang Hasan.

Generasi milenial dimaksud adalah yang lahir mulai 1981 sampai 1997. ”Itu definisi yang dipakai di dunia. Walaupun ada juga yang menggunakan kriteria 1977-1995,” terangnya.

Baca juga : Dubes Rusia Hiburan Akhir Pekan, Nonton Balerina Indonesia-Australia

Aplikasi transportasi dengan penetrasi penggunaan oleh kaum milenial mencapai 96,4 persen menempati urutan tertinggi dibandingkan empat layanan digital lainnya. Tertinggi kedua adalah aplikasi layanan pesan antar makanan (87,8 persen) diikuti aplikasi belanja/shpping (76,9 persen), aplikasi pembayaran digital (30,0 persen), dan aplikasi pesan hotel/tiket (11,7 persen).

Secara rinci, Hasan menjabarkan, pada aplikasi layanan transportasi, GOJEK memimpin dengan angka mencapai 70,4 persen. Pesaingnya yaitu Grab meraih angka 45,7 persen. Di antara keduanya, tingkat heavy users atau pengguna sebanyak lebih dari sekali dalam seminggu mencapai 32 persen. ”Berarti, tiga dari 10 milenial itu pasti menggunakan transportasi online,” kata Hasan.

Pada aplikasi Pesan-Antar Makanan, GO-Food milik GOJEK juga memimpin dengan penetrasi penggunaan sebesar 71,7 persen. Posisi kedua ditempati GrabFood sebesar 39,9 persen.

”Konsumsi menggunakan aplikasi food cukup tinggi. Heavy users-nya mencapai 25,6 persen meskipun tidak sekuat transportasi. Jadi, satu dari empat responden pasti membeli makanan dari food application minimal sekali dalam seminggu,” Hasan menjabarkan.

Dari aspek peniaian brand asosiasi, GO-Food merupakan layanan pesan-antar makanan online dengan layanan cepat, murah, dan banyak pilihan menu. Sedangkan GrabFood asosiasinya banyak promo, layanan cepat, murah. ”GO-Food dianggap pelopor food delivery dan menjadi pemimpin pasar. Wajar karena biasanya setiap brand akan menikmati manfaat dari kepeloporannya,” tuturnya.

Baca juga : Messi : Brasil Akan Juara Karena Ini Bagian dari Korupsi

Pada aplikasi belanja (online shopping), Lazada memimpin dengan tingkat penggunaan sebesar 47,9 persen. Diikuti Shopee (32,2 persen), Tokopedia (15,4 persen), Bukalapak (14,4 persen), OLX (5,5 persen), Blibli (1,8 persen), dan Zalora (1,1 persen).

Pada aplikasi pembayaran digital, ekosistem GOJEK yaitu GO-Pay kembali memimpin dengan tingkat penggunaan sebesar 67,9 persen. Diikuti OVO (33,8 persen), Dana (8,5 persen), PayTren (1,2 persen), dan LinkAja (0,3 persen).

Pada aplikasi pesan hotel/tiket, Traveloka memimpin sebesar 79,0 persen. Unggul jauh dibandingkan Tiket.com (8,9 persen) dan Blibli (5,6 persen). 

Riset Alvara dilakukan terhadap 1.204 responden (jumlah sampel) dengan metode interview face to face dan margin error 2,89 persen. Area riset mencakup Jabodetabek, Yogyakarta, Bali, Padang, dan Manado. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.