Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dorong Akses Pembiayaan Rumah, Industri Butuh Bank Syariah Besar
Senin, 25 Juli 2022 19:18 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Untuk mendorong akses pembiayaan perumahan, industri membutuhkan bank syariah besar dengan kemampuan penyaluran pinjaman yang mumpuni, sehingga pasar tergarap optimal. Terlebih, KPR Syariah memiliki keunggulan cicilan yang tetap.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan, bank syariah besar dengan kemampuan penyaluran pembiayaan unggul, akan mampu mendorong akses pembiayaan perumahan dan semakin optimal menggarap pasar tersebut.
Karena itu, Toto menyambut positif rencana PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI mengakuisisi Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
“Dari sisi (UUS) BTN Syariah, mereka bisa mendapatkan dukungan pendanaan cukup besar dari BSI yang masuk kategori bank buku 3. Demikian pula, branding BSI sebagai bank syariah besar milik negara bisa meningkatkan branding BTN Syariah kepada calon potensial customer,” kata Toto belum lama ini.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan KPR syariah berkontribusi sebesar 15,6 persen per Februari 2022. Angka ini naik 220 basis poin (bps) bila dibandingkan dengan kondisi pada 2017, yakni sekitar 13,4 persen.
Data itu pun sejalan dengan hasil survei Consumer Sentiment Study H1 2022 yang dirilis Rumah.com. Di mana sebanyak 27 persen responden lebih tertarik menggunakan pembiayaan skema syariah, sedangkan peminat KPR konvensional hanya 21 persen.
Selain itu, dalam sebuah riset dari Nielsen Indonesia, bank syariah berpotensi menguasai 43 persen dari keseluruhan pasar KPR. Dengan catatan, bank Syariah dapat merebut 20 persen pasar yang masih belum dapat menentukan akan menggunakan KPR konvensional atau syariah.
Baca juga : LPEI Dorong UMKM Perempuan Mendunia, Ini Kuncinya
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menegaskan, akuisisi itu akan segera dilaksanakan. Integrasi keduanya untuk memperkuat ekosistem layanan perbankan syariah di Tanah Air dan amanat Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomot 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.
Dengan demikian, Tiko-sapaan akrabnya, menekankan ekonomi syariah menjadi salah satu faktor utama, dan bukan sekadar alternatif pemacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam memperkuat perbankan dan ekosistem ekonomi syariah, menurutnya, konsolidasi sangatlah penting. Sehingga sebagai ‘alat negara’, BSI dan UUS BTN tidak berjalan sendiri-sendiri, namun saling menguatkan.
Sebagaimana diketahui, BSI merupakan bank syariah terbesar di Tanah Air hasil penggabungan Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah dan BNI Syariah.
Peleburan ketiga anak usaha bank BUMN ini menghasilkan bank syariah dengan aset Rp 274,69 triliun per Mei 2022. Sementara, keahlian khusus BTN Syariah dalam menggarap pasar properti akan dapat optimal bila mendapatkan pendanaan yang cukup dari BSI.
Selain itu, OJK juga mencatat pertumbuhan KPR syariah yang selalu berada di atas rata-rata industri. Pada 2020 contohnya, total portofolio KPR terpukul pandemi, sehingga pertumbuhannya melambat menjadi 4,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), dari sebelumnya 8,5 persen yoy.
Pada periode yang sama, KPR syariah tumbuh 11,4 persen yoy, sedangkan KPR konvensional 3,5 persen yoy. Per Februari 2022, jurang pertumbuhan KPR syariah dan KPR konvensional hampir menipis, yakni 11,0 persen yoy dan 10,1 persen yoy.
Baca juga : Asosiasi BPRS Resmikan Graha BPR Syariah Indonesia
Senada dengan Toto, CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, dari segi industri, rencana BSI mengakusisi BTN Syariah akan memberikan ruang lebih besar terhadap akses pembiayaan perumahan.
Akan tetapi, Ali menggarisbawahi bahwa mengakuisisi BTN Syariah saja tidak cukup. BSI harus bermitra dengan lebih banyak pengembang.
Keunggulan KPR Syariah
Selain itu, Ali optimistis tahun ini momentum yang tepat menggenjot pasar KPR syariah. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengerek suku bunga acuan pada semester II-2022.
Ali menjelaskan, kekuatan utama KPR syariah adalah besar cicilan yang tetap dari awal perjanjian pembiayaan hingga lunas. Artinya, nasabah tidak akan terganggu dengan bunga floating mengikuti suku bunga acuan seperti skema KPR konvensional.
“Jadi, sekarang dengan tren KPR syariah yang sedang bagus, bank syariah punya kesempatan menambah jumlah nasabah. KPR syariah ini sebenarnya paling menarik saat suku bunga acuan dalam tren naik,” katanya.
Terlebih, menurutnya, terjadi peningkatan preferensi masyarakat memilih KPR syariah yang sudah terlihat sejak 2–3 tahun lalu. Satu alasannya, besar cicilan tetap sejak awal perjanjian hingga lunas.
Baca juga : Presiden Akan Resmikan Sejumlah Infrastruktur Pariwisata Di NTT
Sementara, saat ini KPR mengambil porsi hingga 90 persen pembelian rumah segmen menengah ke bawah, dan sekitar 85 persen untuk kelas menengah ke atas. Sisanya terbagi antara pembelian secara tunai dan tunai bertahap.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya