Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan satu kabar baik. Berdasarkan survei Bloomberg, Sri Mul menyebut, probabilitas Indonesia mengalami resesi akibat ketidakpastian geopolitik saat ini hanya 3 persen.
“Dibandingkan negara-negara lain, potensi resesi Indonesia jauh lebih kecil,” kata Sri Mul dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Rabu (27/7).
Baca juga : Menpora Pede Indonesia Juara APG 2022
Berikut rincian probabilitas negara mengalami resesi, berdasarkan survei terbaru Bloomberg:
- Sri Lanka 85 persen
- Eropa 55 persen
- Amerika Serikat 40 persen
- Selandia Baru 33 persen
- Korea Selatan 25 persen
- Jepang 25 persen
- China 20 persen
- Hong Kong 20 persen
- Australia 20 persen
- Taiwan 20 persen
- Pakistan 20 persen
- Malaysia 13 persen
- Vietnam 10 persen
- Thailand 10 persen
- Filipina 8 persen
- Indonesia 3 persen
- India 0 persen
Meski probabilitas terkena resesinya tergolong kecil, Sri Mul mengingatkan Indonesia untuk selalu waspada. Karena semua indikator ekonomi dunia, mengalami pembalikan. Dari semula recovery menjadi pelemahan.
Baca juga : Budi Muliawan Ingatkan Potensi Besar Generasi Z Isi Kemerdekaan
"Pada saat yang sama, kita juga melihat kompleksitas policy yang bisa menimbulkan spill over atau imbas negatif. Policy moneter di negara-negara maju berpotensi menimbulkan spill over ke negara-negara di seluruh dunia. Termasuk, Indonesia," jelas Sri Mul.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan, risiko global terbesar berasal dari AS dan China, yang mengalami perlambatan tajam aktivitas ekonomi.
Baca juga : Hari Anak Nasional, Wapres Minta Anak Indonesia Terus Ukir Prestasi
Saat ini, Consumer Confidence Index atau Indeks Kepercayaan Konsumen di AS berada di angka 50,0. Jauh lebih rendah dibanding masa awal pandemi, yang kala itu ada di 71,8.
Sementara pertumbuhan ekonomi China yang selama ini terbesar kedua di dunia, hanya bertengger di angka 0,4 pada kuartal II 2022. Pertumbuhan ini melambat tajam akibat zero Covid policy. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya