Dark/Light Mode

Garap Peluang Ekonomi Tanaman Kratom Lewat Koperasi, Menteri Teten Siap Jalin Sinergi Dengan Senator AS

Rabu, 10 Agustus 2022 20:06 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kedua kanan) . (Foto: Dok. Kemenkop UKM)
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kedua kanan) . (Foto: Dok. Kemenkop UKM)

 Sebelumnya 
Namun sebelum itu sambung Menteri Teten, melihat potensi ekspor dan permintaannya yang sangat besar, maka perlu didorong dengan regulasi yang kuat demi keberlangsungan produk kratom di pasar global.

“Saya akan mengambil inisiatif berbicara dengan pihak Kementerian Kesehatan, BNN, Kementerian Perdagangan maupun BPOM. Saya optimis Indonesia bisa memproduk kratom dan melanjutkan perdagangan dengan Amerika dan negara lainnya,” tegas Teten.

Tak hanya itu, Teten mengajak koperasi serta asosiasi kratom di Indonesia bersama-sama memperluas pemanfaatan kratom, diiringi dengan perlunya meningkatkan kualitas standar ekspor dari produk kratom.

“Mungkin dengan KADIN AS juga perlu untuk meyakinkan manfaat kratom,” katanya.

Alternatif Obat

Baca juga : Tingkatkan Literasi, Pemkab Sleman Jalin Kerja Sama Dengan Perpusnas

Dalam kesempatan tersebut, juga mengemuka diskusi terkait banyaknya penemuan dan hasil penelitian dari lembaga serta ilmuwan di Indonesia maupun Amerika soal pemanfaatan kratom sebagai tanaman obat yang berkhasiat.

Tanaman kratom, dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare, lelah, nyeri otot, batuk, meningkatkan daya tahan tubuh, menurunkan tekanan darah tinggi, menambah energi, mengatasi depresi, antidiabetes dan antimalaria serta stimulan seksual.

“Memang banyak yang khawatir, tapi saya dapat masukan bahwa kratom aman didukung dengan penelitian secara scientific,” ujar Teten.

Bahkan manfaat yang diberikan bukan hanya bagi petani, tetapi juga bagi ilmu kesehatan. Teten menyebut, misalnya hasil riset dari Jack Hennnlingfield selaku Peneliti dari John Hopkins University yang menyatakan, kratom diperlukan untuk membantu masalah kesehatan di AS.

Senior Kebijakan Publik American Kratom Association (Senior fellow of public policy of AKA) Mac Haddow mengamini. Ia mengatakan, banyak penduduk Negeri Paman Sam yang memerlukan pengobatan melalui kratom. Sehingga ekspor tanaman kratom dari Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh Amerika.

Baca juga : Gelaran Tinju HUT Bhayangkara Sukses, Polda Metro Siap Sinergi Pengprov Pertina DKI

“Kami menyambut baik dan terbuka untuk menjadi mitra Indonesia dalam mendapatkan sertifikasi FDA (Food and Drug Administration) AS, untuk mencabut peringatan impor karena adanya larangan pada bahan kratom seperti bakteri E.Coli dan Salmonella. Sehingga perluasan pasar kratom bukan hanya bermanfaat bagi 200 ribu petani di Indonesia tapi juga penduduk Amerika,” ujarnya

Haddow menyebut, potensi perdagangan kratom sebelum pandemi sangat tinggi, namun saat ini terjadi evaluasi dampak ekonomi produk kratom di Amerika Serikat dan diperkirakan angkanya turun hanya mencapai 1,3 miliar dolar AS atau setara Rp 19,32 triliun dalam informasi perdagangan Amerika.

“Sebenarnya potensi perdagangan itu jauh lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat ada sekitar 15 juta populasi pendudk Amerika. Bahkan bisa jadi masyarat dunia yang mengharap bantuan dari pengobatan ini, untuk menyelamatkan hidup mereka dan itulah yang terjadi di Amerika Serikat,” ungkap Haddow.

Vendor Kratom dari AS Chris Japson mengaku, sejak dikenalkan tanaman kratom oleh rekannya sesama vendor yaitu Shawn Brady, Japson mengalami perubahan yang sangat signifikan pada penyakit nyeri punggung yang dialaminya bertahun-tahun.

“Setelah 17 kali bolak balik ke Indonesia, sampai datang langsung ke hutan bertemu petani untuk melihat kratom, saya mengalami kesembuhan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengembangkan kratom sebagai pengobatan, agar orang lain yang juga merasakan sakit seperti saya bisa dibantu untuk sembuh,” pungkasnya.

Baca juga : Muluskan Program Koperasi Dan UMKM, Menteri Teten Gaspol Gaet Stakeholder

Di kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM Reri Indriani menyatakan, BPOM sangat terbuka mengawal inovasi atau pun perkembangan kratom untuk dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai obat, sepanjang benefitnya melebihi risikonya.

“Sehingga harus ada mitigasi risiko saat peredarannnya nanti. Intinya kami siap mengawal penelitan dalam pengembangannya, yang juga merujuk kepada keputusan kementerian terkait sebagai leading sector, dalam hal ini Kemenkes dan BNN,” ujar Reri. â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.