Dark/Light Mode

Pemerintah Didorong Sahkan RPP Kesehatan

Yuk, Lindungi Generasi Emas Dari Bahaya Rokok

Rabu, 15 Mei 2024 07:25 WIB
Ketua Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany. (Foto: Istimewa)
Ketua Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah perokok di Indonesia terus bertambah. Di saat bersamaan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kesehatan terkait pengaturan rokok dan zat nikotin lain­nya, belum disahkan. Padahal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan RPP itu selesai tahun ini.

Ketua Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau Hasbullah Thabrany men­gatakan, Pemerintah memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menurunkan kasus penyakit yang disebabkan rokok.

Menurut dia, Pemerintah tidak boleh fokus di masalah hilir, seperti mengobati penyakit, agar dapat mengatasi persoalan itu secara tuntas.

Baca juga : Pj Gubernur Jawa Barat Tolak Pinangan Demokrat

“Hampir semua penyakit kanker berhubungan dengan konsumsi rokok. Di Amerika Serikat, selama 60 tahun upaya pengendalian tembakau, dik­etahui banyak penyakit yang disebabkan rokok. Kalau fokus di hilir, seperti mengobati pe­nyakit, ya tidak akan kelar,” ujar Hasbullah dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ini menegaskan, konsumsi rokok harus dikendalikan melalui regulasi. Sebab itu, pihaknya meminta Pemerintah segera mengesahkan RPP Kesehatan. Terlebih, data BPJS Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan klaim pasien dengan penyakit yang disebabkan rokok.

“Dengan kata lain, rokok telah menyebabkan banyak orang menjadi sakit dan biaya pengobatannya mahal. Klaim penyakit akibat rokok, seperti jantung menyerap klaim BPJS Kesehatan senilai Rp 17,62 tril­iun pada 2023. Begitu juga klaim penyakit kanker yang mencapai Rp 4 triliun,” paparnya.

Baca juga : Jakarta Merangkak Menuju Juara Polusi

Hasbullah berharap, RPP Kesehatan harus menekankan pada pencegahan dan perbuatan untuk mengurangi risiko dari rokok.

“Perlu inovasi dari Pemerintah, seperti larang iklan rokok. Jangan biarkan anak-anak mem­beli rokok, dan naikkan harga rokok,” tegasnya.

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo menambahkan, banyak pe­nyakit kanker yang disebabkan rokok dan tembakau, serta rokok elektronik seperti vape.

Baca juga : Manchester United Vs Newcastle United, Kejar Tiket Lolos Kompetisi Eropa

“Sebanyak 90 hingga 95 pers­en faktor risiko kanker berasal dari lingkungan, mencakup ke­biasaan dan gaya hidup. Perokok sangat berpotensi menderita kanker,” ucapnya.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menerang­kan, selain rokok konvensional, rokok elektrik juga sangat mem­bahayakan kesehatan.

“Meski sering dinyatakan lebih aman, rokok elektrik tetap berbahaya, karena mengandung nikotin, tar, bahan karsinogen, serta bahan iritatif,” katanya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.