Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Solar Naik
ALFI: Kinerja Logistik Tertekan, Tapi Optimistis Tumbuh
Minggu, 4 September 2022 22:04 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Pelaku usaha logistik mengakui, kenaikan biaya logistik nasional tidak bisa dihindari lantaran efek domino dari penyesuaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Solar.
Sebab, mayoritas pelaku logistik nasional termasuk operator truk pengangkut barang dan logistik selama ini menggunakan BBM bersubsidi karena tuntutan pasar/konsumen yang tinggi atas biaya logistik yang rendah.
"Kami memahami adanya potensi kenaikan cost logistik terutama yang berhubungan dengan aktivitas truk barang dan logistik akibat kenaikan BBM solar bersubsidi tersebut. Namun, berapa persen besaran idealnya kenaikan tarif angkutan barang itu, mesti dinegosiasikan secara bersama," ujar Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi, di Jakarta, Minggu (4/9).
Dia menjelaskan, efek langsung terhadap komponen BBM dalam formula hitungan biaya angkutan darat (trucking) merepresentasi 35-40 persen. "Sehingga berapapun koofisien kenaikan BBM akan berdampak besar," bebernya..
Baca juga : INSPIRA: Kinerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Sangat Optimal
Sedangkan efek tidak langsungnya, berkaitan dengan biaya lain. Seperti, harga maintenance dan spare part juga akan terdongkrak naik akibat tidak langsung dari ongkos produksi dan pengiriman spare part kepada pengusaha/pemilik truk.
Yukki mengungkapkan, imbas naiknya harga BBM bersubsidi akan berpotensi menekan kinerja logistik nasional.
"Kinerja logistik akan alami tekanan sangat besar, karena saya sampaikan tadi komponen BBM dalam angkutan darat cukup tinggi. Apalagi, distribusi barang dengan moda transportasi darat secara nasional masih didominasi angkutan darat," jelas Yukki.
Belum lagi, respon pasar pengguna angkutan, yang pada dasarnya free market, seakan tidak peduli dan membebankan pergeseran harga akibat kenaikan harga BBM kepada pelaku penyedia jasa angkutan.
Baca juga : Golkar Jabar : Kapolri Sudah on The Track Tangani Kasus Sambo
"Hal ini karena mereka menganggap dasar kenaikan hanya harga BBM sebagai akibat langsung tersebut," tuturnya.
Menurut Yukki, kondisi industri logistik di tengah momentum pemulihan ekonomi sekarang ini cukup baik, volume sudah berangsur naik, dan mobilitas semakin longgar.
Hanya saja, dia menilai, industri logistik masih memerlukan dukungan pemerintah untuk memastikan agenda nasional bisa terealisasi.
Untuk itu ALFI menilai, perlu kepastian mengenai ketersediaan supply BBM tanpa henti secara nasional. Fenomena antrean pengisian BBM di SPBU yang akhir-akhir ini cukup masif dan memprihatinkan , sudah berdampak kepada kinerja logistik, karena produktivitas barang modal (truck) tidak optimal.
Baca juga : Ganda Putra Tetap Optimistis
"Supply chain itu bicara reliability and sustainability yang predictable sesuai forecast, pun demikian dalam hal BBM dari supply dan demand," terang Yukki.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya