Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kenaikan Inflasi Sulit Direm

Ekonomi RI Bakal Hadapi Efek Berantai BBM Naik

Minggu, 11 September 2022 06:20 WIB
Ilustrasi kenaikan BBM. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi kenaikan BBM. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang mencapai 30 persen diramal berdampak kepada seluruh sektor kegiatan perekonomian. Kondisi itu bakal berimbas terhadap penurunan kesejahteraan rakyat.

Direktur Center of Eco­nomic and Law Studies (Ce­lios) Bhima Yudhistira menilai, momen kenaikan harga BBM subsidi tidak tepat.

“Masyarakat belum siap meng­hadapi kenaikan harga BBM yang besarannya mencapai 30 persen. Indonesia terancam alami stag­flasi yakni inflasi naik signifikan, tetapi tidak dibarengi dengan kesempatan kerja,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka.

Baca juga : Imin Cs Berprasangka Baik

Ia menuturkan, kenaikan harga BBM tidak hanya berimbas ter­hadap kenaikan harga energi dan biaya transportasi tapi hampir ke semua sektor. Harga pengiriman ba­han pangan akan naik. Di saat yang bersamaan, pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal, terutama pupuk.

“Kondisi ini membuat inflasi pangan bisa kembali menyentuh dobel digit atau di atas 10 persen per tahun pada September ini. Se­mentara inflasi umum diperkirakan menembus di level 7-7,5 persen hingga akhir tahun,” kata Bhima.

Dengan inflasi yang sangat tinggi tersebut, lanjut dia, kon­sumen ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Di saat perekono­mian mereka belum pulih akibat terdampak pandemi Covid-19, kini sudah dihadapkan pada naiknya biaya hidup dan suku bunga pinjaman.

Baca juga : Penyesuaian Harga BBM Dinilai Tepat

Dia yakin pelaku usaha sedang tertekan akibat kenaikan harga BBM.

“Sekarang realistis saja, biaya produksi naik, biaya operasional naik, tapi permintaan turun,” ujar Bhima.

Dengan kondisi itu, lanjutnya, membuka peluang pelaku usaha melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini dikha­watirkan membuat ekspansi sektor usaha macet. Efeknya akan ke Purchasing Managers Index atau PMImanufaktur yang bisa terkontraksi kembali di bawah 50.

Baca juga : Kita Lebih Dekat Menjadi Kekuatan Industri Dunia

Soal stimulus bantuan sosial (bansos), Bhima menilai, ban­sos yang diberikan tidak Purchasing Managers Index akan mampu mengkompensasi efek kenaikan harga BBM. Apalagi, hanya diberikan 4 bulan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.