Dark/Light Mode

Pengamat: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Di Atas 5 Persen Rasional

Rabu, 12 Oktober 2022 09:08 WIB
Foto: Ilustrasi/Istimewa
Foto: Ilustrasi/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Optimisme pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu di atas 5 persen, cukup beralasan. Namun, optimisme itu juga harus dilandaskan pada indikator dan ukuran yang reliabel. 

"Apa yang disampaikan Pak Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bukan bualan. Pemerintah memang harus selalu optimistis, tetapi terukur," tegas Direktur Eksekutif Segara Institute Piter A Redjalam di Jakarta, Selasa (11/10).

Menurutnya, kondisi Indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global. Pasalnya, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor.

"Perekonomian Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi. Selain itu, ekspor juga masih akan terbantu dengan tingginya harga komoditas," ujarnya.

Piter mengatakan, resesi global tentu akan menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas tetapi tidak membuat harga komoditas jatuh. 

Harga komoditas akan tetap cukup tinggi dan menguntungkan Indonesia yang mengandalkan komoditas. Sehingga ketika terdampak resesi global pun, Indonesia diperkirakan masih bisa bertahan meski pertumbuhan ekonomi akan melambat.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Bergantung Pada Pengendalian Pandemi

"Kalaupun Indonesia terdampak oleh resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi melambat, tidak bisa mencapai target di atas 5 persen. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya, kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV mampu tembus 5,2 persen year on year (yoy). Optimisme ini didukung oleh indikator dini yang terus menguat. Proyeksi itu lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai 5,44 persen yoy.

"Pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal di atas 5 persen dan kuartal III dan IV akan sekitar 5,2 persen yang masih bisa dicapai. Konsumsi rumah tangga masih menguat, serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan laju industri pengolahan yang menguat,” ungkap Ketum Golkar itu.

Sementara, data sektor rill hingga kuartal III tercatat perbaikan mulai dari neraca perdagangan Agustus tercatat surplus 5,76 miliar dolar AS lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya 4,22 miliar dolar AS. 

Kemudian indeks keyakinan konsumen (IKK) tercatat masih berada diatas 100 atau 117,2 pada September. Serta, posisi cadangan devisa 130,8 miliar dolar AS.

"Indikator ini membuktikan tingkat resiliensi Indonesia relatif tinggi. Memang kami lihat beberapa negara memiliki return yang tinggi, disertai tingkat suku bunga hingga saham,” ungkapnya.

Baca juga : Pertumbuhan Ekonomi Harus Inklusif Dan Dinikmati Semua Kalangan

Optimisme Konsumen

Terkait dengan hasil survei Kepuasan Konsumen Bank Indonesia, optimisme masyarakat di tengah kenaikan harga BBM dan keadaan perekonomian Dunia. 

Ekonom INDEF Eko Listianto mengatakan, hal ini tercermin dari perilaku konsumsi masyarakat Indonesia, apalagi jelang akhir tahun. 

“Kalau melihat ini dibilang optimis, sebetulnya menurut saya cukup rasional, obyektif. Karena pasti konsumen ini membandingkan dengan situasi beberapa bulan lalu, apalagi saat masih ada pembatasan. Sekarang boleh dibilang memasuki endemi, ada optimisme bahwa bisa bergerak, berusaha lagi,” jelas Wakil Direktur INDEF itu, Selasa (11/10). 

Survei Konsumen Bank Indonesia pada September 2022 mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga. Hal tersebut terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2022 sebesar 117,2, atau tetap berada pada level optimis (indeks >100), meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 124,7.

Konsumsi masyarakat masih tetap tinggi di tengah kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM. Kalangan menengah, kata dia, yang terdampak dengan kenaikan ini mulai beradaptasi. 

Baca juga : Pengamat: Pertemuan Jokowi-Mega Bahas Capres Banteng

Terlebih sebentar lagi, jelang akhir tahun, perayaan Natal dan Tahun Baru. Setelah dua tahun, kali ini Natal akan lebih meriah, dan masyarakat mulai liburan. Pergerakan masyarakat akan tercermin dalam bentuk ekonomi. 

“Itu akan terepresentasi dari tingkat konsumsi, meski diikuti peningkatan harga,” tandas Eko.

Dengan adanya moment Nataru, inflasi diperkirakan akan berada di kisaran 6 persen dengan pertumbuhan ekonomi di 5 persen. Tetap kuat karena sokongan ekonomi domestik.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.