Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Narasi pembumian Pancasila perlu digeber secara masif dan kreatif di media sosial. Langkah itu untuk mendorong netizen Indonesia agar berpikir positif, beretika dan produktif.
Pandangan ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) Identifikasi Distorsi Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Melalui Media Sosial yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada Kamis (27/10).
"Berdasarkan survei Microsoft pada April-Juni 2020, netizen Indonesia tidak sopan se-ASEAN dalam menggunakan media sosial," ungkap Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP M. Akbar Hadi Prabowo.
Baca juga : Harga Beras Naik, Zul Kena Sorot Jokowi
Eks jubir handal Ditjen PAS ini juga mengingatkan pesan dari Presiden Jokowi. "Beliau pernah menyampaikan, pendalaman nilai Pancasila itu tidak bisa dilakukan dengan cara biasa. Melainkan cara-cara baru yang luar biasa memanfaatkan perkembangan teknologi informasi terutama pada saat perkembangan revolusi 4.0 yang terjadi saat ini," beber Akbar.
"Pak Jokowi juga berulangkali katakan hati-hati (bermedsos). Kita perlu membanjiri narasi-narasi Pancasila melalui medsos," imbuhnya.
Sementara itu, akademisi Alfi Rahmawati mengatakan, generasi milenial adalah pengguna utama media sosial. Berdasarkan survei Statistica, pengguna tertinggi pada 2020 adalah penduduk berusia 25-34 tahun, lalu disusul pengguna berusia 18-24 tahun.
Baca juga : Anies Tak Sejalan Dengan Jokowi
"Hanya saja implementasi nilai Pancasila dalam bermedia sosial masih rendah. Hal itu terbukti dari Survei Microsoft," ujar Alfi.
Di media sosial masih banyak hoaks, ujaran kebencian, penipuan, dan diskriminasi. "Inilah tantangan pemerintah terutama BPIP. Keuntungan medsos adalah komunikasi lebih efektif dan cepat. Bisa menjembatani komunikasi langsung antara masyarakat dan pemerintah," tutur Alfi.
Lalu bagaimana upaya penguatan Pancasila melalui media sosial? Alfi menyarankan agar instansi fokus pada platform yang disukai generasi milenial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, dan YouTube.
Baca juga : Wendy Walters, Didukung Teman Dan Followers
Direktur Politeknik STIAN LAN Jakarta Nurliah Nurdin menambahkan, penggunaan media sosial bisa meningkatkan pelayanan publik, efisiensi dan produktivitas, penguatan demokrasi lokal serta kolaborasi dan penguatan manajemen pengetahuan. "Sejumlah tantangan yang dihadapi adalah buzzer, pasukan cyber," pesannya.
Menurut Nurliah, BPIP dapat secara signifikan berinovasi dalam bidang transparansi, partisipasi, dan kolaborasi administrasi publik. "Perlu adanya strategi BPIP agar fungsi dan kegunaan teknologi informasi serta media sosial dapat optimal," selorohnya.
Adapun FDG juga dihadiri antara lain oleh Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP Prakoso, Direktur Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Savic Ali, Pegiat Media Sosial Mohamad Syafi Alielha, Media & Communications Professional Rudy Andanu, serta Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerja Sama BPIP Elfrida Herawati Siregar.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya