Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Pebulutangkis Muda Indonesia Syabda Perkasa Wafat Usai Kecelakaan
- Ini Sederet Prestasi Almarhum Syabda Perkasa Belawa
- Awal Pekan, Rupiah Masih Kurang Tenaga
- Dubes RI Untuk Inggris Desra Jamu Dan Semangati Tim Indonesia Di All England
- Incar Pasar Anak Muda, Bank Mandiri Relaunching Kartu Kredit Khusus Pegolf
CBP Semakin Menipis
Beras Mahal Dan Langka Bikin Inflasi Naik Lho...
Minggu, 20 November 2022 06:20 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Badan Pangan Nasional (Bapan) menyebut stok beras yang dimiliki Pemerintah saat ini semakin sedikit. Opsi impor beras menjadi pilihan terakhir, demi mengamankan ketersediaan beras di dalam negeri.
Direktur Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mendorong Bapan dan Bulog bertindak cepat mengatasi persoalan tersebut. Sebisa mungkin tidak impor.
“Maksimalkan serapan beras petani dalam negeri dengan menaikkan harga pembelian beras petani. Dengan begitu, petani untung, CBP (Cadangan Beras Pemerintah) juga aman,” kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Bhima mengakui, menipisnya cadangan beras Pemerintah menjadi hal yang sangat serius bagi perekonomian nasional. Jika CBP tidak bisa memenuhi kebutuhan nasional hingga akhir tahun, dikhawatirkan memicu inflasi.
Berita Terkait : Ketemu Menteri Kanada, Bahlil Ajak Bikin Organisasi Negara Pengekspor Nikel
Menurut Bhima, selama ini yang menjaga inflasi di Indonesia lebih rendah dari negara lain, salah satunya karena harga beras di dalam negeri relatif stabil dan pasokan cukup.
“Kalau CBP sudah menipis, harga beras naik, ya inflasi melambung. Karena kontribusi beras bagi harga bahan makanan cukup tinggi,” kata Bhima.
Selain itu, kontribusi beras terhadap garis kemiskinan juga dominan. Jika CBP tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, selain inflasi tinggi, jumlah orang miskin juga bakal meningkat.
Sebelumnya, Kepala Bapan Arief Prasetyo Adi mengatakan, berdasarkan data Bapan, ketersediaan beras Pemerintah di Bulog hingga 13 November 2022 tercatat 651.000 ton. Angka ini berbanding jauh dengan kebutuhan beras rumah tangga, yakni 2,5 juta ton per bulan.
Berita Terkait : Silakan Mengadu Ke Dewan Pembina BRIN...
“Minimnya stok beras Pemerintah memerlukan perhatian khusus. Diperlukan tambahan 1,2 juta ton sampai akhir tahun ini,” kata Arief saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (16/11).
Menurutnya, kecukupan stok beras di dalam negeri berperan penting dalam menjaga inflasi pangan. Karenanya, dibutuhkan kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, agar kecukupan stok beras selalu terjaga dalam batas aman.
“Pada September 2022, kontribusi beras terhadap inflasi nasional 4 persen, dan Oktober 2022 sebesar 3 persen. Ini harus segera diantisipasi agar tidak semakin tinggi inflasinya,” terang Arief.
Dia juga mengungkapkan harga beras di tingkat konsumen, khususnya beras medium terus mengalami kenaikan sejak Juli 2022.
Berita Terkait : APP Sinar Mas Beberin Jurus Cegah Kebakaran Lahan Di COP27
Secara umum harga pangan terkendali. Namun, saat ini yang perlu diwaspadai adalah harga gabah di tingkat produsen. Untuk beras medium sudah naik 4-5 persen di tingkat konsumen.
Salah satu penyebab naiknya harga beras karena dipicu naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di awal September 2022.
Selain itu, lanjut Arief, yang menjadi faktor lain pemicu kenaikan harga beras, yakni naiknya biaya produksi seperti harga komponen pupuk.
Senada, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, saat ini stok CBP kian menipis. Pihaknya juga mengalami kendala menyerap beras di tingkat produsen, karena ketersediaan terbatas dan harga jual tinggi. Saat ini, stok CBP di gudang Bulog mencapai 651 ribu ton dari yang ditargetkan 1,2 juta ton.
Selanjutnya
Tags :
Berita Lainnya