Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ketahanan Ekonomi Indonesia Jadi Daya Tarik Bagi Investor
Jumat, 2 Desember 2022 10:24 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, Indonesia sebenarnya bisa memanfaatkan kondisi ketahanan ekonomi dalam negeri untuk menarik hati para investor.
"Memang banyak keluhan investor bukan di nasional, tapi pada saat urus izin di daerah. Sebetulnya kalau memikat hati investor ya kita harus 'agak pandai', bagaimana menjadikan aspek minimnya risiko resesi untuk Indonesia menjadi jualan," tegas Eko, Kamis (1/12).
Berbagai indikator makro menunjukkan ketahanan kondisi ekonomi Indonesia, bahkan lembaga internasional juga memprediksi perekomonian Indonesia masih mampu tumbuh di tahun depan dengan tingkat inflasi yang masih dalam level moderat.
Padahal banyak negara besar yang menggalami gejolak ekonomi, seperti Inggris, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China.
"Itu diolah saja menjadi bahasa positif untuk menggaet investor. Karena kalau mereka tunggu Eropa pulih, mungkin situasinya akan sangat bergantung dari Rusia-Ukraina. Dan mungkin agak lama," ujarnya.
Baca juga : Ivana Knoll, Seksi Di Qatar Tak Takut Dibui
Selain itu, Indonesia juga patut bisa memanfaatkan kondisi geopolitik untuk menggaet investor asing.
Eko menyebut beberapa negara yang relatif dominan berinvestasi di China, tengah mencari tujuan investasi baru untuk memitigasi kecenderungan investasi pada China.
"Beberapa negara investor merasa khawatir dengan besarnya ketergantungan terhadap China dalam konteks investasi. Ada beberapa langkah politik China, baru-baru ini, yang agak relatif berseberangan dengan apa yang dimaui global," terang Eko.
Dia mencontohkan Korea Selatan sebagai negara investor yang khawatir dengan keberlanjutan investasi di China.
“Ini menjadi masalah bagi investor Korsel ketika harus mengekspor ke Amerika. Karena mereka buat pabriknya di China. Ada kekhawatiran jangka menengah panjang investor Korea Selatan kalau terus mengalirkan uangnya ke China," tambahnya.
Baca juga : Ekonom Bahana TCW: Tantangan Ekonomi Tahun Depan Tak Mudah
Meski demikian, Eko mengingatkan pada akhirnya investor yang telah masuk di Indonesia juga akan melihat kenyataan lapangan. Oleh sebab itu, Eko menyarankan ada upaya untuk membuat investor betah di Indonesia.
"Tentu saja dipoles dengan data-data makro yang relatif kita tahan krisis itu bagus, tapi pada akhirnya kondisi nyata di lapangan yang menentukan," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan, situasi ekonomi tahun depan akan semakin sulit akibat ancaman resesi global. Ekonomi global dibayangi berbagai persoalan, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi yang anjlok, krisis fiskal, energi dan pangan.
Oleh karena itu, Jokowi meminta jangan sampai ada yang mempersulit usaha pemerintah dalam menarik investor dan mengejar target realisasi investasi.
"Saya nggak mau dengar lagi ada yang mempersulit, baik di pusat ataupun di daerah. Baik di pusat, provinsi, kabupaten, dan kota," tuturnya.
Baca juga : Heru Angkat Iwan Takwin Diangkat Jadi Dirut Jakpro Gantikan Widi Amanasto
Sementara, Ekonom Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi optimis bahwa Indonesia mampu meraih komitmen investasi baik bilateral maupun multilateral. Pasalnya, landasan perekonomian Indonesia sangat baik.
Peringatan presiden lebih pada waspada dan menjaga momentum perekonomian pasca pandemi yang cukup bagus, barangkali seperti itu.
“Saya optimis Indonesia tidak akan terpuruk di 2023, basisnya historical data, terakhir pertumbuhan ekonomi triwulan III 5,7 persen. Itu pertumbuhan yang cukup kuat, artinya landasan cukup kuat untuk 2023 tadi,” jelas Fahmy.
Indonesia cukup kokoh di tengah perlambatan ekonomi dunia. Salah satunya disokong oleh windfall produk energi seperti batubara, minyak dan nikel.
“Windfall jadi penopang devisa, pertumbuhan ekonomi, dan penguatan rupiah.” tandas Fahmy.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya