Dark/Light Mode

Menuju Kemandirian Energi, Airlangga: Kurangi Ketergantungan Impor BBM

Selasa, 24 Januari 2023 20:48 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Istimewa
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto/Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia bisa berdikari dalam bidang energi jika melepas ketergantungan Bahan Bakar Minyak (BBM). Indonesia memiliki sejumlah sumber energi terbarukan yang bisa digunakan, namun masih ada tantangan yang dihadapi.

“Selama BBM bisa kita convert, bisa biodiesel dan kombinasi EV (Electric Vehicle), tentu tujuan kemandirian energi bisa dicapai. Kita harus memanfaatkan resource batubara yang besar, coal to liquid, agar ketergantungan pada impor BBM bisa dikurangi,“ tegas Airlangga di acara Diskusi Berdikari, Lawan Krisis Global dengan Ketahanan Energi di Jakarta, Selasa (24/1).

Indonesia juga memiliki potensi besar memproduksi solar panel. “Ada berkembang pabrik kaca, solar panel ini basinya kaca, atau silika yang bahan baku ada di Indonesia,“ kata Airlangga.

Belum lagi kekayaan alam, ribuan pulau, danau, laut, Indonesia bisa menjadi renewable energi terbesar di Asia. Ketua Umum Partai Golkar ini mengatakan, pemerintah belajar teknologi Clean Coal dari Jepang.

Baca juga : IPNU Mubar Sebut Demo Mahasiswa Di Kemendagri Ditunggangi Kepentingan Politik

“Negara tetangga bicara clean coal tech, Jepang menguasai teknologi berbasis nuklir terkait renewable energy. Indonesia ditawarkan energi berbasis nuklir. Kita punya sumber uranium di Kalimantan Barat,” jelasnya.

Kemudian di Jepang ada teknologi Co Firing, pengembangan hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar pengganti batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Co firing dilakukan dengan menambahkan bahan bakar lain, seperti biomassa yang dibuat dari sampah atau limbah, termasuk dari ladang minyak yang sudah tidak digunakan.

“Dengan dua teknologi itu kita bisa mencapai karbon netral, dan ini renewable,” ujar Airlangga.

Meski masih bergantung pada impor BBM, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, dalam Indeks Ketahanan Energi, Indonesia masuk dalam kategori ‘Tahan’.

Baca juga : Kang Emil Masuk Beringin, Airlangga Capres Belum Tergantikan

“Dunia boleh krisis, berdasarkan angka indeks ketahanan energi,  di kategori ‘Tahan’, belum ‘Sangat Tahan’. Belum karena faktor tadi, impor BBM. Kalau sudah tidak ada kita menuju kemandirian,” ungkap Djoko.

Untuk itu, dia mendorong pemerintah memperkuat kebijakan transisi energi, misalnya teknologi DME pengganti LPG, memperkuat studi kompor listrik agar visible, dan melarang produksi kendaraan BBM.

“Harus sudah mulai memproduksi motor listrik. Harus kita ajak investor juga di DME dan motor listrik,” jelas Djoko. 

Zero Emission

Baca juga : Benahi Perekonomian, Airlangga Disebut Layak Jadi Presiden 2024

Bagi PLN, transisi energi di Indonesia diiringi inovasi untuk mencapai target Net Zero Emission 2060. Salah satunya melalui prinsip operasi sistem menggunakan konsep Trilema Energi (ekonomis, andal dan rendah emisi). Potensi yang besar, diikuti tantangan yang luar biasa pula.

“PLTP panas bumi punya potensi nomor dua terbesar. Namun sampai saat ini banyak kendala pengembangan geothermal,” kata Direktur Transmisi PLN Evy Haryadi.

Selain pendanaan, penyerapan teknologi juga masih menjadi kendala. Potensi energi terbarukan, yaitu energi tenaga surya, energi air, energi angin atau energi bayu, energi limbah biomassa, dan juga potensi pembangkit mikrohidro.

“Yang jadi masalah adalah ketika kita melakukan ini, ada cost yang harus dibayar dan dipertimbangkan terhadap daya beli masyarakat,”  ujar Evy.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.