Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dirut PT Pupuk Indonesia
Indonesia Jangan Telat Bangun Pabrik Amonia
Senin, 13 Februari 2023 06:40 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - PT Pupuk Indonesia (Persero) menaruh perhatian besar, tak hanya urusan kebutuhan pupuk bagi petani, tapi juga di bidang energi.
Di hadapan banyak mahasiswa, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Bakir Pasaman menerangkan banyak hal tentang amonia. Blue amonia dan green amonia dinilai memiliki banyak manfaat. Potensi Indonesia untuk memproduksi juga besar.
“Sekarang banyak negara mulai memikirkan amonia,” ujarnya dalam acara National Energy, Climate, Sustainable Competition (NECSC) 2023, di Makara Art Center Universitas Indonesia, Depok, kemarin.
Bakir tampak luwes saat memaparkan berbagai rencana dari Pupuk Indonesia di bidang energi. Terutama dalam urusan amonia. Banyaknya negara yang ingin membangun pabrik adalah tantangan bagi Indonesia untuk bergerak cepat.
“Banyak yang ingin memproduksinya baik green maupun blue ammonia,” tuturnya.
Ia menerangkan, Pupuk Indonesia sebagai leader produsen dari amonia harus tetap menjadi leader. Walaupun ini nanti shifting dari perusahaan agrikultur menjadi perusahaan agrikultur sekaligus energi.
Baca juga : Transformasi Digital Pos Indonesia Sudah On The Right Track
“Agrikultur tetap karena kami menghasilkan amoniak tapi nanti juga akan menghasilkan green energi yang nanti akan kita kembangkan,” terangnya.
Kedepannya menurut dia PT Pupuk Indonesia harus bekerja sama dengan Pertamina. Kenapa Pertamina? Karena Pupuk Indonesia harus bekerja sama dengan perusahaan yang benarbenar energi. Tujuannya supaya tidak ada persaingan.
“Karena sekarang BUMN ini adalah sinergi bukan bersaing sesama perusahaan,” cetusnya.
Dia berharap, nantinya Pertamina bersama PT Pupuk Indonesia menaruh modal untuk memproduksi blue amonia maupun green amonia. Sehingga Indonesia bisa membangun pabrik amonia yang banyak.
“Ini kalau kita telat di dunia (negara lain) juga akan melakukan pembangunan amonia yang jumlahnya cukup banyak. Kita bisa ketinggalan,” paparnya.
Sebab itu dia berpesan agar Indonesia tidak boleh telat dalam merealisasikan ini. Menurutnya rahasia perusahaan harus survive ada dua yaitu speed dan agility.
Baca juga : Sore Ini, Persis Mau Lanjutkan Tren Negatif Borneo FC
Dijelaskan, blue amonia dan green amonia di kedepan akan sangat dibutuhkan untuk keperluan energi ramah lingkungan dunia. Pemanfaatan energi ramah lingkungan ini juga sejalan dengan upaya perusahaan untuk mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi.
Pada akhir tahun volume perdagangan amonia untuk saat ini mencapai 21 juta ton di seluruh dunia. Namun pada tahun 2030, volume perdagangan amonia untuk sumber energi diprediksi mencapai 30 juta ton.
Karena itu, lanjut Bakir, pemanfaatan energi ramah lingkungan ini juga harus dioptimalkan kedepannya. Karena saat ini Pupuk Indonesia adalah pemain utama ammonia di Indonesia.
“Green energy ini yang sangat menarik, artinya sebagai pemain amoniak tentunya kita menjadi leading sector di Indonesia, atau di wilayah Asia sebagai produsen blue ammonia maupun green ammonia,” ungkap Bakir.
Indonesia selain berpotensi menjadi pemain utama di Asia, pengembangan blue dan green ammonia sebagai sumber energi ramah lingkungan, juga menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mendukung target penurunan emisi karbon.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Bakir menyebutkan bahwa Pupuk Indonesia sudah melakukan berbagai macam kerjasama. Selain itu, Pupuk Indonesia juga telah memiliki peta jalan. Dalam tahap jangka pendek pada tahun 2023-2030.
Baca juga : Prabowo Yakin Indonesia Jadi Jangkar Perdamaian
Pada tahap ini, Pupuk Indonesia mulai memanfaatkan sumber energi terbarukan, sekaligus mengurangi emisi. Adapun sumber energi tersebut berasal dari hydropower yang diperoleh dari PLN. Sumber energi ini mulai menggantikan pemakaian minyak atau gas bumi sebagai sumber pembangkit listrik pada pabrik pupuk.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga akan melakukan revamping atau pengembangan pabrik pupuk untuk meningkatkan efisiensi energi dan penurunan emisi karbon, serta pengembangan green ammonia dengan memanfaatkan pabrik eksisting. Tidak hanya itu, emisi kabron juga akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk Soda Ash yang bermanfaat sebagai bahan baku bagi industri kaca, keramik, dan sebagainya.
“Kami coba memulai menghilangkan CO2 dengan mengkonversi ke dalam bentuk lain, misalnya soda ash yang bahan bakunya itu adalah carbon dioxide, ini bisa kita konversi menjadi soda ash dan bisa mengurangi emisi CO2, dan mengurangi energi yang berlebihan sehingga karbon yang dibuang menjadi lebih sedikit,” tukasnya.
Selanjutnya, pada jangka menengah, yaitu pada periode 20302040. Pada tahap ini, Pupuk Indonesia mulai mengembangkan blue ammonia. Adapun karbon yang terbentuk dari proses produksi ammonia ini dapat diinjeksikan ke dalam tanah melalui Carbon Capture Storage (CCS). Injeksi karbon ini akan lebih efisien jika dilakukan pada reservoir sumur minyak ataupun gas tua di Indonesia. Pupuk Indonesia sendiri sudah melakukan studi dengan sejumlah perusahaan dari Jepang untuk hal tersebut.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya