Dark/Light Mode

Arcandra: Kebutuhan Energi Fosil Dunia Belum Tergantikan

Selasa, 21 Februari 2023 09:35 WIB
Foto: Migas Hulu Jabar
Foto: Migas Hulu Jabar

RM.id  Rakyat Merdeka - Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN, Arcandra Tahar, menyampaikan pandangannya soal Outlook Oil & Gas Tahun 2023. Di tengah konflik Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung hampir setahun, pandemi Covid 19 terkendali dengan baik, dan harga minyak yang kelihatannya akan mencari titik kesetimbangan baru pada tahun 2023.

Arcandra menyebut, dari sisi demand, kebutuhan minyak dunia diproyeksikan akan meningkat sekitar 2 juta barrel per day (bpd) pada tahun ini.

Dari sisi supply, tidak ada tanda-tanda bakal kekurangan.

Bahkan, OPEC+ telah memangkas volume produksi November 2022 sebanyak 2 juta bpd, untuk menstabilkan harga minyak pada level 80-90 dolar Amerika Serikar (AS) per barrel.

Baca juga : Penuhi Kebutuhan Masyarakat, BASE Cetak Lulusan Terbaik

"Ditinjau dari sisi politik dunia, langkah OPEC+ memangkas produksi tahun lalu, tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Amerika," kata Arcandra via laman Instagramnya, Selasa (21/2).

Dia bilang, dengan berkurangnya supply, AS khawatir harga minyak akan tetap tinggi dan menyulitkan ekonomi negaranya, yang sedang berjuang menurunkan inflasi.

Namun, OPEC+ melihat kestabilan harga pada level 80-90 dolar AS per barrel jauh lebih utama, dibanding pertimbangan naiknya inflasi di hampir seluruh negara maju.

"Kalau boleh kita menganalisa lebih dalam, sistem kapitalis yang mengedepankan perdagangan bebas dan ditopang oleh hukum supply dan demand, telah dimanfaatkan dengan baik oleh OPEC+. Sisi supply ternyata dapat mengontrol harga pada tahun lalu," papar mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini.

Baca juga : Erick: Hari Ini Kita Belum Menang

Lantas, bagaimana dengan tahun 2023? Apakah sisi demand dapat mengontrol harga?

"Sekali lagi, kami selalu mengatakan, tidak ada sekelompok orang, atau organisasi atau bahkan kepala negara yang mampu memprediksi harga minyak pada masa datang," ucap Arcandra.

Selain hukum supply dan demand, harga minyak dipengaruhi banyak hal termasuk geopolitik dunia.

Dengan naiknya demand sekitar 2 juta bpd tahun 2023, dan pemangkasan produksi OPEC+ tahun 2022, ada kemungkinan harga minyak tetap bertahan pada level 80-90 dolar AS per barrel di tahun ini.

Baca juga : Erick: Belum Ada Kemenangan Di Hari Ini

"Salah satu faktor yang mungkin bisa mengubah level harga ini adalah berakhirnya konflik Ukraina-Rusia," jelas Arcandra.

Menurutnya, banyak skenario yang mungkin terjadi di tengah situasi ini. Antara lain, pipa gas Nordstream 1 dan 2 diperbolehkan untuk beroperasi dengan normal, sehingga suplai gas ke negara-negara Eropa dapat terpenuhi kembali.

Dengan normalnya suplai gas ke Eropa, Arcandra yakin, inflasi tinggi yang diakibatkan oleh krisis energi bisa teratasi.

Dampaknya, kebutuhan minyak mentah dan batubara otomatis juga akan terkoreksi. Harga minyak, kemungkinan bisa turun pada level di bawah 80 dolar AS per barrel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.