Dark/Light Mode

Arcandra: Kebutuhan Energi Fosil Dunia Belum Tergantikan

Selasa, 21 Februari 2023 09:35 WIB
Foto: Migas Hulu Jabar
Foto: Migas Hulu Jabar

 Sebelumnya 
Namun, jika berakhirnya konflik Ukraina-Rusia dengan beberapa syarat, membuat sektor energi Rusia tertekan atau tidak berjalan dengan semestinya, harga minyak bisa tetap di level 80-90 dolar AS per barrel atau bahkan lebih tinggi.

Negara-negara pengimpor minyak, tentu akan kesulitan memenuhi kebutuhan energi mereka.

Lalu, bagaimana dengan perusahaan minyak kelas dunia seperti ExxonMobile, Chevron, Shell, BP, Equinor dan Total Energies menyikapi harga minyak yang tinggi di tahun 2022 dan strategi di tahun 2023?

Soal ini, Arcandra mengatakan, Operating Cash Flow (OCF) dari 6 perusahaan minyak di tahun 2022 memecahkan rekor tertinggi yang pernah terjadi.

Rekor tertinggi sejak tahun 2006, dibukukan pada tahun 2008. Nilainya mencapai 220 miliar dolar AS. Namun pada tahun 2022, rekor ini terlampaui dengan OCF mencapai 320 miliar dolar AS.

Baca juga : Penuhi Kebutuhan Masyarakat, BASE Cetak Lulusan Terbaik

Arcandra menerangkan, peningkatan OCF yang sangat signifikan ini, bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang. Salah satunya, industri minyak dan gas bumi belum menemui titik balik untuk menjadi sunset industry.

Selain masih menghasilkan keuntungan yang sangat besar, kebutuhan dunia terhadap energi fosil masih belum tergantikan.

Akibat besarnya OCF di tahun 2022, perusahaan minyak kelas dunia mulai kelihatan goyah dengan komitmen mereka, untuk mengurangi investasi di sektor energi fosil.

"BP misalnya, pada tahun 2020, berjanji mengurangi produksi oil and gas sebanyak 40 persen di tahun 2030. Namun, mereka mengubah janji itu, menjadi hanya 25 persen," ungkap Arcandra, yang merupakan lulusan ITB dan Texas A&M University AS.

Dari sisi investasi, capital investment yang dianggarkan oleh ExxonMobil dan Shell tahun ini juga luar biasa.

Baca juga : Erick: Hari Ini Kita Belum Menang

ExxonMobil punya anggaran sekitar 23-25 miliar dolar AS, sementara Shell 23-27 miliar dolar AS.

Patut diduga, sebagian besar capital investment ini akan mengalir ke sektor minyak dan gas bumi. Begitu juga dengan perusahaan minyak dunia yang lain.

Anggaran investasi di sektor minyak dan gas bumi, meningkat 15 persen dibanding tahun 2022.

Dengan anggaran investasi yang cukup besar pada tahun ini, dan diperkuat oleh prediksi harga minyak yang stabil di level 80-90 dolar AS per barrel, kegiatan eksplorasi di wilayah-wilayah yang dulunya dianggap kurang menarik dan susah, sekarang mulai dilakukan.

"Diharapkan, pada tahun-tahun mendatang, penemuan ladang minyak baru yang signifikan bisa terealisasi. Sehingga, kebutuhan dunia terhadap minyak bisa terpenuhi," ujar Arcandra.

Baca juga : Erick: Belum Ada Kemenangan Di Hari Ini

Pertanyaan selanjutnya, kapan renewable energy alias energi baru terbarukan (EBT) bisa benar-benar mampu menjadi pengganti energi fosil.

Jangan-jangan, energi fosil tidak akan pernah tergantikan? Semoga saja tidak. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.