Dark/Light Mode

Dongkrak Harga CPO, Kemenperin Dan Pengusaha Kumpul Bareng

Selasa, 20 Agustus 2019 15:10 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka -
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama pelaku industri berupaya mencari terobosan yang strategis untuk mendongkrak harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional. Caranya melalui program hilirisasi industri kelapa sawit dan kebijakan mandatori biodiesel di dalam negeri. 

Karena itu, Kemenperin menginisiasi pertemuan dengan para pelaku industri agro sebagai produsen aneka produk hilir minyak sawit. Mulai untuk yang memenuhi kebutuhan pangan, pakan, bahan kimia, hingga produk biodiesel (minyak nabati atau fatty acid methyl ester/FAME) berbasis minyak sawit. Kemenperin juga turut mengundang sektor manufaktur sebagai konsumen biodiesel FAME, antara lain industri otomotif, permesinan, dan pertambangan. 

“Kami ingin menciptakan kolaborasi yang tangguh di antara pemangku kepentingan, yang tentunya nanti harus ditindaklanjuti oleh seluruh stakeholder,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto membuka acara Breakfast Meeting "Mencari terobosan Kebijakan untuk Mendongkrak Harga CPO Internasional dalam rangka memperkuat Neraca Perdagangan Nasional melalui Hilirisasi Industri Kelapa Sawit dan Penggunaan Bahan Bakar Nabati" di Ballroom 2, Hotel JS Luwansa and Convention Centre, di Jakarta, Selasa (20/8).

Pada kesempatan itu, digelar diskusi dengan menghadirkan nara sumber, antara lain Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM FX Sutijastoto, Direktur eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan, serta Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi.

Baca juga : Atasi Karhutla, Pemerintah Tegakkan Hukum Multidoor

Menperin menegaskan, Kemenperin berkomitmen untuk menjadikan industri hilir pengolahan minyak sawit sebagai sektor prioritas nasional. “Untuk itu, kami senantiasa menjaga iklim usaha dan investasi serta memberikan dukungan agar industri hilir kelapa sawit dapat tumbuh lestari,” ujarnya.

Sepanjang 2018, kata dia, ekspor minyak sawit didominasi oleh produk hilir, yang rasio volumenya sebesar 81 persen dibanding ekspor bahan baku 19 persen. Tren ini terus melonjak selama lima tahun terakhir, sehingga mampu memberikan kontribusi signifikan pada perolehan devisa.

“Peningkatan penggunaan CPO terus meningkat, untuk energi sekitar 15-20 persen. Sisanya untuk produk hilir seperti pangan dan nonpangan. Kita sudah buatkan roadmap-nya dalam pengembangan industri nasional,” tambah Ketum Golkar ini.

Apalagi, kata dia, pasar di dalam negeri sedang berkembang pesat karena konsumsi produk pangan yang kian tumbuh. Selain itu, adanya inisiatif kebijakan pemerintah tentang mandatori biodiesel PSO (Public Service Obligation) dan non-PSO sejak tahun 2016.

Baca juga : Cetak SDM Industri, Kemenperin Gandeng Dunia Usaha dan Akademisi

Menperin menambahkan, terus mengawal kebijakan mandatori biodiesel 20 persen (B20) yang akan ditingkatkan menjadi B30 pada awal tahun 2020. Kemudian, diharapkan pada 2021-2022, komposisi penggunaan bahan bakar nabati akan ditingkatkan menjadi B50-B100. 

“Kita perlu berbangga bahwa kebijakan mandatori biodiesel berkomposisi di atas 20 persen adalah yang pertama kali di dunia, dengan hasil implementasi di lapangan yang relatif baik dan lancar,” ujarnya.

Menurut Airlangga, pelaksanaan kebijakan mandatori biodiesel telah membawa banyak manfaat, antara lain penghematan impor BBM diesel, pengurangan emisi, dan terbukti mampu menahan jatuhnya harga CPO internasional pada saat terjadi oversupply pada periode tahun 2015-2016 lalu. “Pada tataran operasional, proses transisi implementasi mandatori B20 juga berjalan lancar karena koordinasi dan kompromi teknis antara industri produsen biodiesel FAME dan industri engine maker pengguna B20, di mana keduanya adalah binaan Kemenperin,” paparnya.

Dia optimistis, Indonesia punya potensi dan peluang besar dalam menjalankan program hilirisasi industri kelapa sawit dan pengotimalan penggunaan bahan bakar nabati. Sebab, Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar CPO dan minyak inti sawit mentah (Crude Palm Kernel Oil/CPKO) yang mencapai 47 juta ton pada tahun 2018. 

Baca juga : DMI dan BKPRMI Salurkan Hewan Kurban Bagi Pengungsi Rohingnya di Bangladesh

“Laju pertumbuhan produksi minyak sawit diperkirakan terus meningkat signifikan, di mana ekspor minyak sawit dan produk turunannya menyumbang devisa negara lebih dari 22 miliar dolar AS per tahun,” katanya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.